Sudah sepuluh menit Dhuha memandangi dirinya sendiri di cermin. Ini adalah pertemuan kedua, tapi dadanya masih berdebar tak karuan. Keringat dingin tidak berhenti mengalir dari balik kemeja koko berwarna mustard yang membalut tubuhnya. Ia benar-benar gugup setelah menyadari bahwa Kayra bukanlah lilin yang mudah meleleh. Melainkan baja yang tidak akan melunak hanya dengan terpaan sinar matahari.
"Ahem ...!"
Dhuha melihat kehadiran sang ibu dari cermin. Wanita itu melayangkan senyum untuk menggoda putranya.
"Azzam dan Aish sudah menunggu sejak tadi. Kamu masih belum siap?" tanya Fatimah seraya mendekat.
"Ummi, aku gugup."
Fatimah tertawa melihat wajah sang putra memerah. "Bagaimana dengan hatimu?"
"Berdebar," sahut Dhuha parau.
"Maksud Ummi, bagaimana dengan hatimu? Sudah yakin?"
Dhuha mengangguk pelan. "Insha Allah."
"Kalau begitu, pergilah. Temui gadis itu dengan penuh percaya diri. Tapi ingat satu hal, maksimalkan usahamu, tapi minimalkan harapanmu. Karena menaruh harapan terhadap manusia hanya akan membuatmu kecewa."
"Insha Allah. Tolong doakan aku, Ummi ...."
"Selalu, Nak. Orang pertama yang selalu Ummi sebut dalam doa adalah dirimu. Ingatlah untuk terus mengutamakan Allah dalam setiap keputusan. Jangan pernah meletakkan Allah di urutan kedua, karena bahagiamu bukan apa-apa jika Allah tidak rida."
Dhuha meraih tubuh sang ibu dan memeluknya erat. Wanita itu adalah cinta pertamanya. Satu-satunya manusia yang tidak pernah menghakimi saat dirinya salah langkah. Manusia yang tidak pernah membuatnya mempertanyakan takdir Allah. Sosok yang selalu menerangi jalannya meski di tengah gelap sekalipun.
"Terima kasih, Ummi," bisik Dhuha seraya melepas pelukannya.
"Pergilah, kasihan Azzam dan Aish menunggu terlalu lama."
Dhuha hanya mengangguk, kemudian berjalan keluar kamar meninggalkan sang ibu yang sedang dipenuhi haru. Putra yang dulu terlambat berjalan dan bicara, kini sudah tumbuh menjadi lelaki saleh yang siap untuk mengayuh perahunya sendiri.
"Pertemukan dia dengan jodoh yang Engkau ridhoi, ya Allah. Jodoh yang akan menjaga kehormatannya sebagai lelaki, jodoh yang akan mengandung anak-anak saleh dan saleha untuknya kelak. Jodoh yang akan mendekatkan dirinya dengan-Mu. Jodoh yang akan menghalanginya dari maksiat."
Orang bijak seringkali berkata; jika ada yang lebih cepat daripada cahaya, itu adalah doa seorang ibu yang saleha.