Bunga Kembang Sepatu

Ratselini
Chapter #11

Blue Poppy

Lagi-lagi Bandung diguyur hujan cukup deras sejak semalam. Kali ini diiringi dengan guntur ringan yang cukup membuat beberapa orang enggan untuk sekadar beranjak dari ranjang. Namun, kondisi cuaca tersebut tidak lantas membuat Djiwa malas. Dengan payung merah muda bergambar hello kitty, ia terus berjalan seolah ingin menunjukkan kepada sang alam, bahwa dirinya tidak akan berhenti hanya karena langit yang tengah menumpahkan bebannya.

Tetes hujan yang jatuh ke permukaan payung seolah mengiringi siulan kecil yang keluar dari mulutnya. Pemicu kebahagiaan itu tak lain adalah Kayra. Kemarin gadis itu memberinya sebuah ransel sebagai hadiah ulang tahun. Kado pertama yang ia terima selama hidupnya.

Dua puluh enam tahun; bekerja di salah satu perusahaan terbesar se-Asia, memiliki gaji yang lebih dari cukup untuk menghidupi diri sendiri. Lalu bertemu dengan gadis yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali. Seolah semua resolusinya tercapai di tahun yang sama.

Akan tetapi, Djiwa masih belum berani mengungkapkan perasaan meskipun ia tahu, Kayra juga memiliki rasa yang sama. Selain karena posisi gadis itu adalah atasannya, juga karena agama mereka berbeda. Djiwa takut, Kayra akan menolaknya.

"Tak apa. Untuk sementara begini saja dulu," kata Djiwa kepada diri sendiri. "Toh, aku tahu dia juga mencintaiku," ucapnya lagi sambil berlari-lari kecil dan menari di trotoar seperti bocah berusia lima tahun.

Pemuda itu tidak sadar, bahwa seseorang memperhatikannya sejak tadi. Mercedes Benz berwarna putih melaju sangat pelan mengikuti setiap langkahnya yang zig-zag dan memperhatikan tariannya yang seirama dengan tetes hujan.

"Dari mana dia mendapatkan payung itu?" gumam Kayra sambil tertawa renyah.

Kebahagiaan yang dirasakan oleh Djiwa seolah menghidupkan setiap tangkai bunga yang nyaris layu di dalam hati Kayra. Semakin diabaikan, ia semakin menyadari bahwa rasa cintanya terhadap pemuda pemilik senyum cerah itu nyata adanya.

"Ya Allah, jika dia adalah orangnya, maka dekatkanlah. Jika bukan, aku mohon hapuskan setiap titik perasaanku terhadapnya. Aku mencintainya. Tapi aku lebih mencintai-Mu, ya Allah."

Kayra tidak menyadari, bahwa pemuda yang namanya selalu ia sebut dalam doa untuk menjadi pendamping, memiliki keyakinan yang berbeda. Ia tidak tahu, bahwa rasa cinta itu akan membuatnya patah hati.

Keduanya kini sedang berjalan saling mendekat, tanpa tahu bahwa ada tembok tak kasat mata yang menghalangi.

***

Sebuah benturan keras di pos keamanan gedung Permata Group mengejutkan semua orang. Sebagian melihat dari kejauhan karena takut kalau saja itu ancaman, sebagian lagi mendekat karena penasaran apa yang terjadi.

Sebagai kepala keamanan, Anwar berlari keluar untuk memeriksa. Beruntung dirinya sibuk mengatur parkir tadi, jika tidak, mungkin ia akan menjadi korban.

Tak lama berselang, beberapa petugas keamanan datang untuk membantu. Sebuah jeep berwarna hitam yang dikemudikan wanita paruh baya membuat satu sisi bangunan berukuran 4x4 meter itu roboh.

Anwar yang memperhatikan gerak-gerik wanita itu langsung mengetahui, bahwasannya itu bukan kecelakaan. Wanita tersebut sengaja menabrakkan mobilnya.

"Hey, Bu!" teriak Anwar berang. "Turun!" perintahnya seraya mendekat ke arah sisi kemudi.

"Panggil karyawan bernama Djiwa!" Wanita itu balas berteriak. Ia mengeluarkan selembar kertas yang rupanya foto copy kartu keluarga usang kepada Anwar. "Saya ibunya!" teriaknya dengan napas terengah.

Lihat selengkapnya