Bunga Kertas

Aku Ria
Chapter #23

Siapa yang Berubah?

Pernah mendengar peribahasa 'habis jatuh ketiban tangga'?

Sepertinya kalimat tersebut sangat cocok dipakai untuk menggambarkan nasib Zeta hari ini. Bagaimana tidak, baru satu langkah ia masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Zeta merasa berhenti bernapas saat melihat Azka yang sedang duduk sambil menatapnya tajam. Sorotnya menyimpan amarah juga banyak kekecewaan, Zeta tahu itu.

"Dari mana lo?" suara Azka menusuk pendengaran Zeta membuat Zeta gelagapan.

"Gu—gue dari rumah Vira, Bang. Iya! Dari rumah Vira."

Azka memperlihatkan ponsel yang ada di tangannya pada Zeta, ia sedang menelepon seseorang, lalu sengaja menekan loudspeaker.

"Benar, Ra?" tanya Azka pada orang yang sedang ia telepon, membuat Zeta terkejut. Jadi, sejak tadi Azka menelepon Vira?

"So—sorry, Ta. Gue gak bisa bohong," jawab Vira dari seberang sana setengah bergetar, ia merasa sangat bersalah.

Azka mematikan sambungan telepon tersebut lalu kembali menatap Zeta.

"Dari danau?" tebak Azka seratus persen benar dan Zeta hanya diam.

"Kurang banyak gue kasih tahu lo buat gak usah ke sana? Dipikiran lo adanya apa sih?"

"Ma—maaf," balas Zeta dengan nada melemah dan kepala tertunduk. Dirinya masih berdiri di ambang pintu, tidak berani masuk.

Azka menghela napas, ada rasa kecewa yang tidak bisa ia bendung lagi untuk Adiknya itu.

"Kalau Papa tahu, gue gak bisa ngebayangin gimana reaksinya."

"Please, jangan kasih tahu Papa."

"Harus gue turutin kemauan lo? Lo aja gak mau dengerin omongan gue."

Azka belum puas, masih ada banyak yang mengganjal di hatinya yang mungkin akan meledak sore ini juga.

"Dapat apa lo setelah datang ke sana? Dapat kecewa? Harusnya dari awal lo turutin gue, gue udah tahu kalau itu anak gak akan datang."

Kening Zeta berkerut. "Maksud lo 'udah tau' itu apa Bang?" tanya Zeta, membuat Azka kesal.

"Dia udah gak ada ngabarin lo lagi, itu udah jadi jawabannya Zeta. Tapi kayanya lo emang gak akan ngerti. Apa bagusnya sih Rangga di mata lo? Benar kata Papa, Rangga gak cocok temanan sama lo."

"BANG!" bukan maksud Zeta untuk membentak Azka. Hanya saja, menurutnya Azka sudah berlebihan. Seperti ada masalah yang cowok itu simpan dan kesalahan yang Zeta perbuat hari ini menambah emosinya sehingga ia bersikap seperti sekarang. Melampiaskan semuanya pada Zeta sedangkan menurut Zeta, yang ia lakukan hanyalah kesalahan kecil.

"Lo kenapa sih? Gue akuin gue salah tapi gak seharusnya lo kaya gini. Yang lo lakuin ini berlebihan, Bang. Lo berubah. Kemana lo yang dulu? Gue ngerasa semakin jauh dari lo, bukan gue, tapi lo yang berusaha ngejauh. Kenapa? Apa karena Kak Ratu?" Zeta sengaja menyebut nama mantannya Azka.

"Lo bahkan gak mau cerita apa-apa sama gue dan gue harus tau kabar lo putus dari orang lain. Gak sampai disitu, tiba-tiba lo pindah ke kontrakan ini bahkan gue tau setelah tiga hari lo pindah. Lo diam-diam pergi balapan liar juga sering bolos tanpa gue tau apa alasannya sampai sekarang. Lo anggap selama ini gue itu apa?" jika hari ini Azka kecewa padanya, maka Zeta juga ingin Azka tahu bahwa ia juga kecewa pada cowok itu.

Selama ini Azka selalu ada untuknya, membantunya, dan selalu ada di barisan terdepan untuk melindunginya. Zeta tahu ia tidak bisa apa-apa. Dulu, saat mereka masih duduk di bangku SD, banyak yang tidak menyukainya, tidak ada yang mau berteman dengannya, dan selalu meledek dirinya. Tetapi Azka selalu datang untuk membelanya.

Setidaknya hanya satu yang Zeta inginkan, ia ingin bisa berguna, ia hanya ingin bisa membantu meringankan beban saudara yang selalu ada untuknya. Tetapi, bahkan untuk tahu jika saudaranya memiliki masalah ia harus mendengar dari mulut orang lain. Hal itu membuat Zeta kecewa, selama ini ia selalu diam, namun kenyataannya ia merasa semakin tidak berguna untuk ada di muka bumi.

Lihat selengkapnya