Azka menselonjorkan kakinya, saat ini ia sedang duduk dikontrakan. Berulang kali ia menarik nafas dan kembali menghembuskannya. Lelah, itu yang ia rasakan saat ini.
Cowok itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan ini. Seperti biasa, sangat kotor. Baju-baju yang tidak ia lipat diletakkan di atas meja, juga lantai begitu saja. Selain itu, perabotan rumah pun ikut berhambur, seperti piring kotor juga gelas yang belum ia cuci masih di atas meja kayu. Ditambah juga di sampingnya ada buku-buku bertumpukan tidak teratur, dan buku yang terbuka setelah ia baca kemarin masih tidak ada niatan ia tutup sampai sekarang dengan pulpen tanpa tutup yang ada di atasnya.
Pantas saja sang Adik senantiasa memarahinya saat melihat kondisi ini.
"Bang! Lo belum cuci ni baju berapa hari?"
"Yah sekitar 2 bulan."
"Terus ini panci kenapa bisa di dalam bak mandi coba?"
"Oh itu gayung gue pecah kemaren."
"Bang! Kok lantainya berdebu banget sih?"
"Sengaja di kumpulin buat di jual kilo -an ke tukang rongsokan."
"Apasih? Gak jelas lo, garing tau."
"Ini lagi, di dinding banyak banget sarang laba-labanya."
"Kemaren aja ada sarang tawo. gue santuy."
"Ish! Karma baru tau lo."
Azka terkekeh mengingat kelakuan adiknya yang overprotective dan dirinya yang sangat acuh. Ia melirik jam dinding polos berwarna merah berbentuk lingkaran yang baru kemarin dibelikan Zeta, katanya agar Azka tidak terlambat dan tidak berniat bolos lagi. Namun jelas itu tidak berpengaruh.
"Jam 3? ini kan.." Azka langsung menyambar remote TV yang tergeletak tepat dua meter dari tempat ia duduk dan berniat untuk menyalakan barang elektronik tersebut.
Bunga matahari sangat cantik, kembang diwaktu pagi..
Daunnya hijau, bunganya kuning, memikat kumbang lalu..
Bunga matahari sangat cantik, di halaman rumahku..
Darilah pagi hingga ke petang, tak jemu ku memandang..
Lagu bunga matahari yang dibawakan oleh Mei-mei dalam serial Upin dan Ipin yang sangat tidak asing itu memenuhi pendengarannya. Ini adalah kartun kesukaan Zeta, Azka membayangkan bagaimana gembiranya cewek itu saat menyanyikan lagu ini. Entahlah, Azka tidak tahu apa yang telah merasuki cewek itu sehingga sangat menggila akan kartun tersebut.
Sampai-sampai, setiap hari minggu ia meminta Azka untuk menghapalkan setiap nama pemain yang ikut berperan disitu. Memaksa tepatnya.
"Itu.. Jarjit," tebak Azka sembari menunjuk ke arah anak bertubuh gempal berbaju jingga yang hobi makan dalam kartun itu. "Eh, bukan, bukan. Siapa ya namanya?"
Dreet..dreet..
Satu pesan masuk seketika mengalihkan perhatian Azka, ia mengabaikan aktivitas lama dan beralih mengambil benda pipih yang berada di salah satu meja kayu tak jauh dari tempat ia duduk.
08215955xxx :
masih ingat sama
perjanjian kita?
Azka membuang nafas gusar kemudian mematikan TV dan mengambil kunci motor yang ia letakkan bersebelahan dengan handphone -Nya tadi. Cowok itu juga mengambil jaketnya lalu pergi meninggalkan rumah.
☆☆☆
Azka melepas helm yang menutupi kepalanya kemudian turun dari motor. Ia melihat ke arah kanan juga kiri, begitu banyak orang yang berdiri disana.
Tak lama kemudian seorang cowok berjaket kulit datang menghampirinya dengan langkah santai, cowok itu berhenti tepat saat mereka berjarak lima langkah. Cowok itu melempar kasar helm yang ia pegang dan berhasil ditangkap oleh Azka dengan sempurna.
"Sudah siap lo kalah hari ini?" ujar cowok itu dengan nada meremehkan, Azka mengembalikan helm yang ia terima tadi sama seperti yang dilakukan cowok tadi.
"Gak usah banyak ngomong lo banci! Kita buktiin sekarang."
Mereka tengah berada di garis start layaknya balapan liar, situasi orang yang memenuhi pinggir lintasan mulai riuh.
"Kalian berdua sudah siap?" tanya seorang perempuan yang berdiri di depan tepatnya diantara mereka berdua.
Cowok berjaket kulit itu mengangguk, dibalik helmnya ia tersenyum bahagia kali ini. Sedangkan Azka? Cowok itu malah melakukan hal sebaliknya yang membuat semua orang bertanya-tanya. Azka mematikan mesin motor dan membuka helmnya, ia merogoh saku celana dan mengambil ponsel yang sedari tadi berdering mengganggunya.