"Mau marah sih, tapi bukan siapa-siapa."
(Zetalia Hafsari)
🍁🍁🍁
"Beneran?"
"Dia gak sempat apa-apain lo?"
Zeta mendecak, membiarkan Arkan melakukan apapun yang ia mau saat ini. Setelah kejadian dikantin tadi, cowok ini membawanya ke taman belakang, di bawah pohon tempat biasa mereka duduk. Arkan membolak-balikkan badan Zeta, mencari barangkali ada luka kecil yang terlewat dari matanya. Entahlah, dia khawatir saat ini.
"Ar, udah. Gue pusing," keluh Zeta membuat Arkan sadar. Cowok itu terkekeh dengan perasaan bersalah lalu mengajak Zeta duduk di atas rerumputan hijau yang mereka injak.
"Maaf," ujarnya tetapi Zeta diam saja. Ia memperhatikan cowok yang juga menatapnya. Sedikit kesal karena setelah Zeta membatalkan pertemuan mereka kemarin, Arkan hanya mengatakan 'oke' tanpa berniat menghubunginya atau mungkin bertanya alasan mengapa Zeta melakukan itu.
'Apa kemarin Arkan senang dan malah mengajak pacarnya itu pergi jalan-jalan?'
Zeta mendengus, semua kemungkinan-kemungkinan bermunculan dipikirannya. Dia tidak mengerti mengapa dirinya bertingkah seolah, cemburu?
"Lo dengerin gue gak sih?" kalimat Arkan berhasil memecah lamunan Zeta.
"H-hah?"
"Dari tadi gue cerita panjang lebar, gak lo dengerin?" Zeta menyengir membuat Arkan jadi tidak tega untuk memarahinya.
"Kenapa dari tadi diam aja?"
"Gak apa-apa."
Kemudian hening, sampai akhirnya Zeta kembali bersuara.
"Lo, kenal Raya?" tanya Zeta hati-hati. Arkan terdiam, ekspresinya berubah tegang lalu dengan cepat ia normalkan kembali.
"Iya, dia teman sekelas lo kan?"
"Selain itu?"
"Maksudnya?"
"Apa lo kenal dia lebih dari itu?"
Arkan diam lalu mengikat kembali tali sepatunya yang lepas. "Dia mantan gue," ujarnya pelan.
"Lo mau kemana?" tanya Arkan saat melihat Zeta sudah berdiri dan berniat pergi dari tempat ini.
"Kelas."
"Sekarang?"
"Iya, sebentar lagi bel." Baru saja cewek itu melangkahkan kakinya tiga kali, Arkan kembali mengatakan sesuatu yang membuat Zeta berhenti.
"Lo cemburu?"
"Gak, buat apa juga?" elaknya lalu Arkan berdiri, menggenggam pergelangan tangan Zeta, kemudian membalik tubuh perempuan itu hingga membuat mereka saling berhadapan dan saling tatap.
"Jangan marah, gue gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia," ujar Arkan lembut.
"Gue boleh tanya?" Arkan mengangguk.