BUNGA MALAKAJI

Muhammad Ridwan
Chapter #1

Pembukaan

Di bawah kaki Gunung Lompo Battang, hutan langkoa membentang dengan hijaunya dedaunan pohon pinus, dan suara gemericik sungai Gantarang memecah kesunyian hutan itu. Tak jauh dari sana, Gunung Bawakaraeng menjulang megah, seakan mengawasi ngarai yang dalam dengan apitan dinding tebing yang curam, menuntun sungai Jeneberang menuju muara selat Makassar. Di tengah lembah yang berkabut, diantara Lompobattang dan Bawakaraeng, tersembunyi pasar anjayya, yang konon selalu di selimuti aura mistik di setiap sudutnya. Kata orang, tempat itu keramat_tempat di mana riuhnya keramaian di tengah kesunyiannya. Disisi tenggara, sawah-sawah terhampar panjang dan bertingkat-tingkat, berdampingan dengan petak-petak tanah yang menjadi tempat berkembang biaknya berbagai tanaman. Di tengah kehijauan hamparan itu, dan dibawah terik matahari yang menyeringai panas. Para petani tetap teguh bekerja setiap hari di antara rumpun padi yang menari diterpa angin. Begitu juga para gembala, tak pernah lengah menjaga kawanan sapi, kerbau dan kuda yang bergerombol di ladang. Mereka senantiasa bergerak cekatan, mencari rumput gajah yang tumbuh subur di antara orang-orang sawah di pematang.

  Di tepi jalan, deretan Pohon-pohon ketapang berdiri dengan kokoh. Ranting-rantingnya membentang memberi naungan pada bunga-bunga yang bermekaran di lingkaran batu beton setengah rompal. Bunga melati, matahari, teratai putih, menyatu dengan daun-daun ketapang yang tercampak ketanah. Di musim kemarau, adalah saat yang tepat melihat matahari merayap ke dasar langit, saat dimana semburatnya memantulkan warna-warni di atas horison. Langit berubah menjadi gradasi merah, oranye, dan ungu, menciptakan lanskap yang memukau. Itu adalah saat-saat magis yang membuat orang berdecak kagum. 

  Desa ini adalah tempat di mana waktu berjalan dengan lambat, dan kehidupan sehari-hari dijalani dengan penuh kesederhanaan. Namun, Malakaji bukan hanya sekedar kampung yang sederhana, melainkan ia adalah rindu. Rindu yang tak pernah tersapu dalam pusaran zaman.

  

Lihat selengkapnya