BUNGA MALAKAJI

Muhammad Ridwan
Chapter #9

Dendam

Aku punya teman kecil bernama Ibrahim Mile, anak dari Daeng Sibali. Aku yakin seratus persen bahwa dia adalah ayah dan kakek zahrana. Rasanya, aku tak sudi menyebut nama mereka. "Tapi dengarkan dulu ceritaku sampai tuntas, nak!"

   Kami saling mengenal sejak kami tinggal di perkampungan baru itu. Pada awalnya, mungkin berminggu-minggu, semua orang bergotong royong mencari bambu di hutan. Dalam kegiatan seperti itu, aku sering ikut serta, dan Mile juga demikian. Di sinilah kami sering bertemu. Ketika semua orang dewasa sibuk memotong bambu, kami berdua sering memanfaatkan waktu untuk bermain-main. Kami suka bermain pedang yang terbuat dari bambu-bambu kecil, dan bahkan kami sering berburu ayam hutan menggunakan tombak bambu yang kami buat sendiri.

   Dengan berjalannya waktu, persahabatan kami semakin erat. Mile dan aku menjadi sangat akrab, hampir seperti saudara. Nyaris setiap hari, kami bermain bersama, mencari kayu di hutan, berenang di sungai dengan teman-teman anak-anak lainnya.

   Singkatnya. Saking akrabnya, aku sering bermalam di gubuk Mile, makan bersama dengan keluarganya, dan sebaliknya. Toa'mu dan Daeng Sibali, tak pernah melarang kami bergaul. Mereka justru mendukung persahabatan kami dan sering menyiapkan makanan untuk kami setelah kami kembali dari bermain seharian **

 

   Sehari sesudah peristiwa itu. Aku dan Mile di suruh nenekmu mencari daun talas di pinggir hutan. Daun talas itu akan di jadikan obat untuk lengan toa'mu yang terkena irisan badik pada peristiwa sebelumnya. Di kejauhan, aku dan mile tiba-tiba melihat gerombolan itu datang berarak-arakan dengan jumlah yang cukup banyak. Mungkin sekitar 30 orang.

   "Sodding" begitu mereka berteriak-teriak memanggil nama itu. Nama itu asing di telingaku. Mereka berhamburan membagi arah, lalu kembali berteriak "kenapa tidak ada orang yang bekerja hari ini" pekik salah satu dari mereka. Suaranya memantul di antara pohon-pohon bambu.

   "Sodding, dimana kau, kenapa kau tidak arahkan warga hari ini?" Teriak salah satunya. Badannya tegap. Kulihat samar-samar sebilah badik tergenggam di tangannya. Aku mulai menduga-duga, bahwa Sodding yang di panggil adalah salah satu anggotanya yang diringkus kemarin sore. Mungkin karena merasa seruannya tak ada yang menyahuti, dan nama sodding yang di panggilnya juga tak menampakkan batang hidungnya, akhirnya gerombolan itu melangkah mendekat ke arah gubuk warga. Jelas sodding yang di carinya tidak akan muncul, karena dia masih dalam keadaan teringkus di rumahnya paman pajama.

   Melihat hal itu. Aku dan Mile bergegas memotong daun talas itu. Dan kami berdua segera pulang sembari terus mengamati gerombolan itu. Kami berjalan mengendap-endap, dan kulihat sepertinya gubuk pertama yang akan dituju oleh gerombolan yang puluhan orang itu adalah gubuk mile. Sangat jelas kulihat, Daeng Sibali keluar dari gubuknya. Mungkin ia mendengar geruduk kaki para gerombolan itu. Daeng sibali hendak masuk lagi kerumahnya, namun gerombolan itu sudah dekat, mungkin jaraknya hanya 20 meter saja. Mereka mencegatnya. Satu diantaranya menjulurkan parangnya ke arah daeng sibali "sini kau!" katanya.

   Daeng sibali tercegat seketika, dan orang itu melangkah mendekatinya dengan parang di tangan.

   Mile panik melihat tettanya dalam keadaan terpojok. Sontak ia berlari kearah gubuknya. Aku berusaha mencegahnya, aku meneriakinya, tapi kepanikan menguasainya. Ia tak peduli dengan teriakanku, daun talas yang ia genggam, dia hempaskan begitu saja ke tanah. Aku pun merasa panik seketika, akhirnya aku menyusulnya, aku berlari dari arah samping menuju gubuk mile, sebisa mungkin aku tak dilihat para keparat itu.

   Sambil berlari, sesekali aku mengamati mereka. Sepintas kulihat, salah satu dari gerombolan itu mengangkat leher baju daeng sibali, menguncang-guncang badannya, yang membuat kopiah hitamnya jatuh ketanah. Dan mile kulihat digelandang masuk ke gubuknya.

   Akhirnya, dengan napas terengah-engah, Aku juga sudah sampai di belakang gubuk Mile, aku mengintip dari celah-celah pohon pisang samping gubuk mile. Aku melihat Daeng Sibali sedang berbicara dengan gerombolan itu dengan suara yang terburu-buru. Dari obrolan mereka, aku mendengar Daeng Sibali memberitahu mereka bahwa Sodding telah ditangkap dan dikurung di rumah paman Pajama. Mendengar ucapan daeng sibali, beberapa dari mereka mulai menggerutu dan bersiap-siap untuk menuju ke rumah paman Pajama. Ketakutanku membuncah ruah, ketika para gerombolan itu serempak menuju rumah paman pajama. Entah kenapa juga aku sangat menyayangkan daeng sibali memberitahu mereka, dan dengan begitu, mereka pasti akan mengamuk di gubuk paman pajama, dan mungkin juga mereka akan menghancurkan semua gubuk yang ada, termasuk gubukku.

   Aku berlari sesegera mungkin menuju gubuk dan akan memberitahu hal ini kepada toa' dan nenekmu. Aku tak peduli lagi dengan mile yang sedang berada dalam gubuknya. Daun talas untuk obat toa'mu aku buang begitu saja. Namun, sialnya, setelah aku sampai di gubuk. Toa' dan nenekmu sedang tidak ada. Riuh rendah suara tiba-tiba kudengar dari yang tak jelas. Tapi aku yakin, kegaduhan itu berasal dari arah rumah paman pajama, dan bisa ku pastikan, para gerombolan itu sudah sampai disana dan membuat keonaran. Aku kembali berlari kerumah paman pajama. Keriuhan itu kudengar semakin gaduh. Bahkan kalimat-kalimat makian pun aku dengar sangat jelas. Tapi yang membuatku semakin panik, adalah ketika telingaku menangkap jelas sebuah seruan "Bunuh dia... Bunuh dia"

   Aku berlari sekencang-kencangnya, dan aku di kuasai rasa panik yang luar biasa. Sepintas kulihat daeng sibali sedang berdiri dari arah utara, seperti sedang mengamat-amati dari kejauhan, lalu dengan cepat ia memutar badannya dan berlari ke arah gubuknya.

Lihat selengkapnya