Tin!
Renald membunyikan klakson, kemudian gerbang di buka oleh seseorang yang memakai seragam hitam seperti security.
Renald membuka kaca mobilnya.
Security menyapa, “Selamat siang, den Renald.”
“Selamat siang, pak Partim. Kenalin ini istri saya Aldara.” Renald memperkenalkan sang istri kepada pekerja di rumahnya.
Pak Partim menyapa Aldara dengan hormat, “Selamat siang, non Aldara.”
Aldara menyapa, “Selamat siang, Pak.”
“Mari pak, Papi sama Bunda ada di rumah?” tanya Renald.
Pak Partim menjawab, “Tuan dan Nyonya ada di rumah sedang menunggu den Renald dan non Aldara."
Renald berkata, “Terima kasih."
Renald melajukan kembali mobilnya menuju halaman rumahnya. Setelah itu, Renald memasukkan mobil ke sebuah halaman yang sangat luas, terlihat dari depan saja rumahnya tersebut sudah seperti gedung, besar dan mewah dengan nuansa cat berwarna putih abu-abu, semua itu membuat Aldara merasa takjub dengan rumah Renald.
Renald keluar lebih dulu dari kursi pengemudi dengan langkah cepat, ia segera mengitari mobilnya, lalu membuka pintu mobil untuk sang istri tercinta.
Renald mengajak Aldara dengan mengulurkan tangannya, “Honey, ayo masuk mereka pasti sudah menunggu.”
Aldara tersipu malu pipinya merona dengan perlakuan manis dari Renald. Aldara menurunkan kakinya secara bergantian dengan hati-hati.
Jedug!
Renald menutup pintu mobil.
Renald bertanya, “Kamu sudah siap, honey?”
Aldara menoleh ke arah Renald, lalu berkata, “Tentu.”
Langkah kaki Renald dan Aldara memasuki rumah mewah itu yang tidak hanya cantik tampilan luarnya , namun isi dalam rumahnya pun di isi dengan furniture mewah dan barang-barang import.
Renald dan Aldara mengucapkan salam secara bersama, “Assalamualaikum."
Terdengar ucapan salam dari arah ruang tamu, Amira dan Ardhana segera keluar menemui penganti baru itu.
Amira dan Ardhana membalas salam, “Waalaikumsalam."
Amira langsung merangkul Aldara sang menantu cantiknya, lalu berkata, ”Ayo masuk sayang, kita ke ruang keluarga bunda sudah menunggu kedatangan kalian.”
Ardhana dan Renald melongo, dua pria tampan itu di acuhkan oleh Amira.
Renald melirik Ardhana, lalu berkata, “Lihat Pap, Bunda mulai nengacuhkan kita."
Ardhana menoleh ke arah Renald sambil tersenyum kecut, “Kamu jangan kaya kompor meleduk gitu memanas-manasi, Papi."
Renald terkekeh, lalu berkata, ”Aku senang bunda suka dengan Aldara.”
Ardhana berkata, “Lho memang kita sudah suka dengan Aldara, makanya di jodohkan dengan kamu, Daddynya kan teman Papi."
Amira dan Aldara sudah duduk di sofa di ruang keluarga.
Amira berkata sambil memeluk Aldara, “Bunda senang akhirnya menantunya itu kamu."
Aldara berkata, “Terima kasih, Tante.”
Amira protes, “Lho panggil Tante, kamu sekarang sudah menjadi putri Bunda seharusnya panggil Bunda dong. Awas yah kalau panggil Tante lagi, Bunda akan ngambek sama kamu!”
Aldara merasakan cemas dengan Amira yang marah dengannya.
Renald maju menghampiri Amira dan Aldara, lalu berkata, ”Bunda jangan galak-galak sama Aldara, nanti kabur aku yang galau.”