Lampu-lampu kota telah menyala di tengah keramaian hiruk pikuk pekerja kantoran pun berbondong-bondong keluar dari sebuah gedung pencakar langit.
Renald memutar kunci mobilnya dan mesin pun hidu, memberikan sedikit kelegaan dan semangat dalam dirinya. Dia menggenggam kemudi dengan mantap, menggiring mobilnya menuju jalan raya yang ramai.
Dengan pandangan mata yang fokus, Renald melaju di sepanjang jalan dengan harapan dan keinginan untuk sampai dengan selamat, agar dapat bertemu dengan Aldara.
Renald menyalakan music di dalam mobilnya, mencari hiburan dan inspirasi dalam melodi yang mengalun. Nada-nada cinta hampir setiap musik yang di dengarkannya, bibirnya tersenyum merekah sambil mengayuh setir dengan tenang, lalu melihat ke sebuah kotak panjang yang di taruh pada kursi di sampingnya, itu adalah hadiah untuk Aldara yang telah di pesan sebelumnya.
Mobil Renald memasuki halaman mansion Ardhana, suasana sore menjelang malam menyambut kedatangannya yang baru saja pulang dari kantor. Ia memakirkan mobilnya di depan rumah yang mewah dan duduk di dalam mobil sejenak, wajahnya terlihat lelah dan letih setelah seharian bekerja.
Pikiran Renald saat itu, “Huft, hari yang sangat menguras tenaga, lelah sekali tubuhku ini, begitu banyak tanggung jawab dan tekanan di kantor, belum lagi ada drama Malya. Butuh waktu sesaat untuk merelaksasikan pikiran.”
Sebelum keluar dari mobil, Renald membuka kaca mobil sambil memejamkan mata sejenak mencoba menghilangkan stress yang melanda pada dirinya dan menumpuk dalam tubuhnya. Ia merenung sesaat, merasakan kesejukan udara pada sore hari membelai wajahnya melalui jendela mobil.
Lima belas menit kemudian ….
Jedug !
Renald keluar dari mobil dengan langkah gontai dan melangkah masuk ke dalam rumah ketika dia memasuki ruangan, ia melihat papi, bunda dan Aldara sudah berada di ruang keluarga.
Renald mengucapkan salam, “Assalamualaikum."
Aldara, Amira dan Ardhana membalas salam secara bersama, “Waalaikumsalam."
Aldara beranjak dari sofa ruang keluarga, “Papi, Bunda. Aldara pamit untuk menyiapkan air hangat untuk hubby dulu ya.”
Ardhana dan Amira berkata, “Iya, sayang."
Aldara datang menghampiri Renald, lalu menggandeng lengannya. Ia mengedipkan sebelah matanya, ”Ayo, hubby kita ke kamar!”
Renald melongo melihat tingkah absurd Aldara istrinya, ”Ah, Iya."
Aldara dan Renald menaiki satu per satu anak tangga menuju lantai atas, dimana letak kamar pengantin baru berada.
Ardhana dan Amira melihat tingkah pengantin baru yang masih malu-malu hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Aldara dan Renald telah sampai di depan kamar, namun sang istri yang maju terlebih dulu untuk membukakan pintu kamar tersebut.
Cklak !
Aldara berkata, “Silahkan masuk, hubby!”
Renald berkata, “Terima kasih, honey!”
Renald dan Aldara sudah berada di dalam kamar.
Aldara segera persiapkan perlengkapan mandi untuk suaminya, “Hubby duduk saja, aku siapkan air hangat untuk mandi ya."
Renald pun patuh apa yang telah di katakan oleh Aldara, ia tersenyum melihat Aldara menyiapkan semuanya untuk dirinya, saat Renald sedang terpana sambil melamun, tiba-tiba Aldara sudah berdiri di hadapannya sambil memanggil-manggil namanya, “Hey, hubby, hello.”
Aldara mengibas-ngibaskan tangannya. Seketika lamunannya terhenti, “Astaghfirullah.”
Aldara tertawa kecil, “Hubby, melamun?”
Renald yang di tanya langsung memalingkan wajahnya ke samping dengan menyembunyikan salah tingkahnya, “Kenapa, sayang.”
Aldara berkata, “Aku hanya mau kasih tahu jika air hangatnya sudah siap, hubby. Cepat sana bersihkan tubuhmu!”