Aspal jalanan yang biasanya hitam mengkilap, kini berubah menjadi cermin raksasa yang memantulkan cahaya lampu kota yang remang-remang. Jalanan licin seperti beludru yang siap menjebak siapapun yang lengah.
Tiba-tiba …
Brraakk! Praaang! Pyaaarrr! Klotak! Klotak! Ciiiit!
Mobil berputa-putar menghantam pembatas jalan. Dentuman keras itu memekakan telinga, Aldara merasakan tubuhnya terdorong ke depan, sabuk pengaman Aldara dengan keras, kaca depan hancur berkeping-keping serpihannya berterbangan seperti hujan meteor. Aldara merasakan pusing, pandangannya kabur. Di luar asap menyepul dari kap mesin yang ringsek, ia mencoba membuka pintu tapi terasa macet mendengar teriakan orang-orang bercampur dengan bunyi sirine ambulan yang mendekat.
Warga sekita menjerit, “Aaaaaaaakkkkk ... Toloooong."
Para warga berlarian mendekat ke sumber suara jeritan tersebut, “Lihat! Ada kecelakaan. Cepat, cepat panggil ambulan!”
Warga yang melihat pertama kali kecelakaan itu, “To–tolong korban di selamatkan terlebih dulu, ayo kita angkat korban-korban kecelakaan!”
Sebagian para warga berlari menuju korban untuk di selamatkan sebelum ambulan datang.
Salah satu warga berkata, “Ada dua mobil mewah, satu warna merah dan satu lagi warna hitam."
Warga berteriak, “Ternyata ada truk juga!”
Warga berkata, “Ayo selamatkan semua korban-korban tersebut."
Warga yang sedang mengecek para korban berkata, “Hei, mobil mewah warna merah pengemudinya seorang perempuan!”
Seorang warga mengeluarkan dua pria itu, “Lihat mobil sedan hitam di dalamnya terdapat dua orang pria, satu pria muda dan satu pria paruh baya.”
Warga berkata, “Sepertinya pemuda yang bersama pria paruh baya di mobil sedan hitam telah tewas di tempat sudah tidak bernapas."
Warga berkata, “Innallillahi wa inna ilaihi rojiun."
Warga berhasil mengeluarkan Aldara dari mobil, “Bagaimana dengan korban lainnya?”
Warga yang jaraknya dekat dengan korban tersebut, “Pria paruh baya ini dan supir truk masih bernapas."
Warga lain berkata, “Bagaimana dengan ambulan, apakah sudah di hubungi?” tanya warga.
Warga menjawab yang menghubungi pihak ambulan, “Sudah sekitar lima belas menit akan sampai."
Kerumunan warga memanjatkan doa-doa untuk para korban kecelakaan.
Lima belas menit kemudian ….
Ngiung! Ngiung!
Ambulan datang segera petugas memasukkan korban-korban kecelakaan pada masing-masing mobil Ambulan.
Petugas bertanya sambil melirik satu per satu warga yang di dekat korba kecelakaan, ”Ada yang mau ikut ke rumah sakit?”
Tiga orang warga yang jarak dekat dengan korban kecelakaan berkata, ”Baik, kami ikut.”
Setelah itu empat ambulan pergi meninggalkan lokasi kejadian.
****
Kediaman Abraham …
Rena sedang mondar-mandir di depan ruang keluarga, kakinya tak bisa diam. Tangannya meremas-remas ujung baju, seolah-olah mencari sesuatu untuk di tenangkan.
Rena memanggil seorang art di rumahnya, ”Bi Iyem…”
Bi Iyem yang di panggil datang tergopoh-gopoh segera menghampiri Rena, lalu berkata, ”Iya, saya di sini, Nyonya.”
Rena membalikkan badan ke arah bi Iyem, ”Bi, saya merasa ada yang tidak beres. Saya tidak bisa tenang, ada apa ini?”
Hati Rena bergemuruh seperti badai di lautan, pikirannya kacau balau seperti sarang laba-laba.
Bi Iyem ingin menenangkan Rena, namun ucapannya terpotong oleh dering ponsel milik Rena.
“Cob-“
Kring! Kring!