Bunga Tak Bertangkai

Moycha Zia
Chapter #19

Chapter # 19 Aldara, Falya dan Merca

Aldara dan Merca saling pandang, lalu menarik napas.

Aldara dengan sabar, lalu berkata, ”Oke, Fal, mari kita cari titik tengahnya. Kita bisa pakai visual yang menarik, tapi dengan pesan yang kuat. Bagaimana konsepnya? Dengan judul Di Balik Senyum Ada Kisah?”

Falya mulai frustasi, ”Aku ingin posternya berwarna gelap dan ilustrasi melankolis. Ini bukan tentang siapa yang paling benar, ini tentang pesan yang ingin kita sampaikan.”

Merca menghela napas, ”Justru itu, Falya. Kalau terlalu gelap, orang akan takut melihatnya. Kita mau orang teredukasi, bukan tertekan.”

Akhirnya mereka sepakat pada sebuah desain kompromi, visaualnya tetap estetik dan sedikit cute ala Merca, tapi ada pesan yang mendalam dan menyentuh ala Falya dan sentuhan elegan ala Aldara.

Falya bangga saat melihat nilai A pada papan pengumuman, ”Hebat, kan, kita.”

 

Aldara dan Merca saling pandang, lalu mereka hanya tersenyum


****

Jam kuliah baru saja selesai. Mahasiswa berhamburan keluar kelas seperti semut-semut yang baru saja di ganggu sarangnya. Di tengah kerumunan itu, tiga sekawan yang tak pernah akur, Falya si paling dramatis, Merca si rtu mager, dan Aldara si paling sok tahu sedang berjalan gontai menuju kantin.

Merca mengeluh sambil mengusap-usap punggungnya, ”Aduh, punggungku rasanya mau copot. Dosen tadi ceramah atau lagi dongeng, sih? Panjang banget!”

Falya menatap Merca dengan tatapan horror, ”Merca! Jangan lebay! Aku malah nyaris pingsan.”

Aldara dengan kacamata bertengger di hidungnya, berdehem, ”Kalian ini, baru juga kuliah sebentar sudah mengeluh. Padahal materi dasar, lho. Kalau kalian belajar lebih giat-“

Falya dan Merca berseru, ”Stop!”

Falya memutar bola matanya dengan jengah, ”Aldara, please. Kita ini mau makan, bukan mau dengerin ceramah kedua, ya.”

Merca menimpali ucapan Falya, ”Betul! Perutku sudah demo minta di isi bakso. Ayo buruan!”

Mereka pun mempercepat langkah, namun Falya tiba-tiba berhenti mendadak, ”Tunggu! Kayaknya ada yang ketinggalan? Tapi apa, ya?”

Merca dan Aldara saling pandang, lalu berkata bersamaan, ”Apaan?”

Lihat selengkapnya