Bunga Tak Bertangkai

Moycha Zia
Chapter #28

Chapter # 28 Kecewa dan Malu Amira dan Ardhana

Di sebuah rumah yang megah, namun terasa dingin. Amira dan Ardhana sedang duduk di ruang tamu. Wajah mereka menunjukkan kegelisahan dan kekecewaan yang mendalam. Sebuah koran tergeletak di meja, menampilkan berita samar tentang perceraian Renald dan Aldara, serta pernikahan baru Renald dan Malya.

Amira menghela napas dengan panjang, “Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, Pap. Rasanya seperti semua yang kita bangun, semua kebanggan kita hancur berkeping-keping.”

Ardhana menyandarkan punggungnya ke sofa dengan memejamkan matanya, “Renald, bagaimana bisa ia lakukan semua ini? Menikahi Malya? Adik tirinya sendiri? Dunia akan menertawakan kita, Bun. Keluarga kita akan menjadi bahan gunjingan.”

Air mata Amira mulai menetes, “Dan Aldara, bagaimana dengan Aldara? Wanita sebaik itu disakiti sedalam ini. Aku membayangkan bagaimana perasaan Maxelio dan Rena. Kita tidak punya muka lagi di hadapan mereka.”

Ardhana membuka mata sambil menatap kosong ke depan, “Aku sudah mencoba menghubunginya, mencoba menasihatinya. Tapi Renald, dia tidak mendengarkan. Dia keras kepala. Dia bilang ini demi anaknya, demi Malya yang sedang hamil. Apa dia tidak memikirkan Aldara? Apa dia tidak memikirkan perasaan kita?”

Amira mengusap air matanya, “Aku sangat malu, Pap. Maxelio dan Rena selalu memperlakukan Renald seperti anak mereka sendiri. Kita berteman baik selama puluhan tahun. Sekarang, bagaimana kita akan menghadapi mereka? Apa yang akan kita katakana?”

Ardhana menggelengkan kepala perlahan, “Tidak ada yang perlu di katakana, Bun. Mereka pasti sudah tahu. Mungkin mereka juga merasakan hal yang sama dengan kita. Kekecewaan. Kemarahan. Dan rasa malu yang tak terhingga. Renald merusak segalanya. Ia merusak hubungannya dengan Aldara dengan kita, bahkan dengan nama baik keluarga ini.”

 

Kring! Kring!

 

Telepon Ardhana berdering. Ia melihat nama pada layar ponselnya yaitu Maxelio. Ardhana membeku, ragu untuk mengangkatnya. Amira menatapnya dengan tatapan memohon, seolah meminta suaminya untuk tidak lari dari kenyataan.

Ardhana menghela napas berat, akhirnya mengangkat teleponnya dengan suara yang bergetar, "Halo, Maxelio."

Suara Maxelio terdengar dingin dan jauh, tanpa kehangatan yang biasa, “Ardhana, aku tidak tahu harus memulai dari mana. Apa yang sudah di lakukan anakmu, Renald?”

Ardhana memejamkan matanya sejenak dengan menghela napas berat, “Aku benar-benar minta maaf, Maxelio. Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan ini. Kami juga sangat kecewa. Sangat malu.”

Lihat selengkapnya