Pagi telah bersambut, kaki dan tangan tak bisa digerakkan. Rasa dingin telah menghiasi malam. Sepanjang malam, Aku layaknya seekor semut yang tersesat di gurun pasir. Sangat luas, dan panjang. Hari-hari dilewati dengan sangat panjang. Andai bunga bisa mekar saat ini, mungkin itu bisa meringankan rasa sakit ini untuk sementara.
Bunga, Aku harap dunia tahu, ketika Kamu di petik, kelopakmu akan layu. apakah Aku seperti itu?
Aku diam, dan telentang di atas ubin. Rasa dingin ini menyengat sejak semalam. Entah mengapa rasa dingin ini seolah tak mau mengalah denganku. Bahkan tangan dan kaki pun tak bisa digerakkan lagi. Aku berpikir kali ini aku lumpuh. Kaki dan tangan dipenuhi dengan darah yang mengering.
mengingat kejadian semalam ....
"Apa Mama tak ada sedikitpun rasa sayang sama Nara?"
"Sayang? Karena Kamu, kehidupanku hancur! Ingat itu baik-baik!"
"Asal...kau tahu! Kehidupanku setelah ada Kamu... HANCUR! Dan Kamu itu tidak pantas bahagia di sini."
"Gara-gara Kamu kehidupan gemerlapku hilang dalam sekejap!"
Membuatku mengerti, bahwa tak semua orang bisa menyayangi buah hatinya sendiri. Mama tenggelam dalam angan-angan tentang masalalunya dan aku tenggelam dalam trauma yang sangat dalam. Apakah adil jika Manusia sepertiku mau merasakan bahagia?
Jika bunga bisa tumbuh tanpa akar, pada akhirnya seminggu kemudian akan mati jua. Apakah aku juga seperti itu. saat ini Aku layaknya bunga yang indah dan tumbuh subur, namun malah bungaku di cabut karena alasan kehidupan salah seorang manusia hancur karena melihat indahnya diriku. Tidak adil kan?
Sekarang sudah pukul tujuh pagi, jangankan bergerak, bangun pun tak sanggup. Aku tak sempat mengabari Dira karena tanganku tak bisa digerakkan saat ini. sepertinya Aku harus istirahat lebih lama lagi.
***
Dira datang ke sekolah dengan lolipop yang selalu berada di genggaman tangan kanannya. Lolipop warna warni itu selalu menghiasi tangannya, bahkan lidahnya pun terkadang bisa berubah menjadi ungu atau pink bahkan biru ketika memakannya. Dira melewati lorong kelas yang sunyi. maklumlah, ini masih pagi hari. Mungkin bisa dibilang, ini terlalu pagi untuknya datang.
Dira berjalan santai menuju Kelas. Melihat dari kejauhan Seorang most wanted beserta antek-anteknya sedang menuju ke arahnya. Hufft, mereka tak ubahnya seperti ATM berjalan. Di mana-mana pasti sudah tercium bau uangnya. Dira saja heran, mengapa Anak-anak ini bisa kaya? sedangkan Dirinya yang memang kaya saja tidak sampai sepopuler ini?
Dira melewati most wanted dan antek-anteknya dengan tenang. Ia berjalan lurus dengan Lolipop yang bertengger dibibirnya. sedangkan Kevin berjalan didepan melewati Dira terlebih dahulu dengan sepotong brownies yang sedang di kunyahnya, sisa brownies tersebut berada di tangan kanan.
"Gue kira, gue udah yang paling pagi. Ternyata ada yang lebih pagi lagi," gumam Dira.