Geby berlari kencang menuju kelasnya. Dia benar-benar harus siap menerima omelan dari Pak Mudi, wali kelasnya.
Geby sudah sampai di depan kelas, dia mengatur ritme napasnya sejenak lalu menarik napas panjang dan membuka pelan gagang pintu.
Baru saja kepalanya menyembul, tatapan menghunus Pak Mudi mengarah padanya. Susah payah Geby meneguk ludah. Dia menarik bibirnya membentuk senyum selebar mungkin.
Pak Mudi tampak mengeleng-gelengkan kepalanya. Perlahan langkah Geby mendekat dan berdiri di hadapan wali kelasnya. Dia tidak berani mengangkat muka.
"Kamu telat lima belas menit, mau kasih alasan apalagi kamu?" Nada tegas Pak Mudi sontak membuat Geby mendongak.
"Maaf, Pak! Tadi mobil Geby tiba-tiba mogok. Geby nggak mungkin naik ojek, kan tadi masih hujan," cicit Geby kembali menunduk.
Pak Mudi menoleh ke arah jendela. Tampak hujan rintik-rintik. Beliau mendesah pelan lalu kembali ke balik meja.
"Sudah sana duduk, lain kali tidak boleh terlambat. Kamu Ketua Kelas, harus memberi contoh kepada yang lain. Bukan menjadi contoh!"
Geby hanya mengangguk lemah. Dia bergumam kesal dengan berjalan ke arah tempat duduknya.
"Udah disuruh duduk, tapi kenapa muka lo terlihat kesal gitu?" tanya Shela memelankan suaranya.
"Gue kesal sama Rhio, dia udah menghambat jalan gue tadi."
Alis Shela berkerut. "Rhio siapa?"
"Murid baru, teman SD gue dulu."
"Gue kenal?"
"Nggak! Lo kan beda SD sama gue." Geby lantas mengeluarkan buku pelajarannya.
"Oh, iya. Lupa." Shela terkekeh sendiri.
"Ada yang lucu?" Suara Pak Mudi membuat Shela mengatupkan bibirnya.
"Maaf, Pak!" Shela menunduk seraya menulis sesuatu di buku.
Njir, si bapak galak!
Geby menaruh jari telunjuk di bibirnya, memberi isyarat agar Shela diam saja. Shela mendengus dengan pandangan ke arah papan tulis.
🌼🌼🌼
Setelah jam istirahat, Geby pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang ia pinjam kemarin. Shela tidak ikut, karena dia sedang membaca novel di kelas.
Seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Shela seketika menoleh tajam membuat orang yang berdiri di sebelahnya sedikit terkejut.
"Mau ngapain lo?!" sentak Shela.
"Hai, gue Rhio! Gue ke sini cari Geby, dia nggak ada di kelas, ya?" Rhio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oh, jadi lo murid baru yang namanya, Rhio!" sahut Shela yang langsung beralih pada novel yang ia pegang.
Rhio mengulas senyum. Dia mendekat ke arah kursi yang ada di hadapan Shela.
"Geby lagi ke perpus, bentar lagi udah balik kok." Shela masih fokus dengan bacaannya.
"Kalau boleh tau nama lo, siapa?" tanya Rhio dengan senyum yang kembali terukir. Shela hanya melirik sebentar lalu beralih melanjutkan bacaannya.
"Shel!" Suara Geby dari arah depan. Rhio lantas menoleh, membuat Geby menunjukkan ekspresi datar.
"Ngapain lagi lo ke sini? Gara-gara lo, ya, gue diomelin sama wali kelas gue karena ngantarin lo ke kantor kepala sekolah. Nyusahin tau nggak!" omel Geby yang langsung duduk di tempat duduknya.
"Habisnya gue mau minta tolong siapa lagi, kebetulan ketemu sama lo. Kenapa juga nggak bilang kalau lo bantuin gue nunjukin ruang kepala sekolah!" dalih Rhio.
"Dia benar juga tuh, Geb!" timpal Shela menoleh ke arah Geby.
"Ck, kenapa jadi lo belain Rhio, sih! Gue emang udah telat tapi karena dia nahan gue tadi, jadi lebih telat," kesal Geby melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gitu aja ngambek, lo kalau marah bikin gemes tau nggak!" Goda Rhio. Shela refleks menahan tawa melihat wajah Geby yang mendadak blushing.
"Cie ... yang lagi blushing!" ledek Rhio.
"Nyebelin tau nggak! Mending lo balik ke kelas lo," usir Geby.