Masih di Joglo Kopi. Suasana obrolan antara kami ada yang aneh. Dalam sisi dugaanku, Salwa dan Ratna saling bersaing dalam mendapatkan perhatianku. Lagi-lagi Fahmi sebagai penonton yang selalu mengompori.
"Ka, jadi ambil S2 kan?" tanya Ratna.
"Iya, Rat. Jadi," jawabku.
"Syukurlah, jadi setiap hari kita bisa ketemu terus dong?"
"Hehehehe iya."
"Kak Raka ambil S2 di Jogja?" tanya Salwa.
"Iya, Sal."
"Wah, aku juga mau S2 di Jogja deh kalau gitu biar bisa ketemu sama Kak Raka terus."
Dua wanita ini begitu menyulitkanku untuk berpikir jernih. Mereka saling bertatap tajam dan aku tidak sanggup untuk melerai.
"Ah, aku juga S2 deh biar bisa ketemu Raka terus hahahahaha," Fahmi iseng menimpali.
"Ssssssssstttttt," kataku kepada Fahmi.
Salwa dan Ratna saling beradu argumen tentang siapa yang lebih mengenalku. Mereka bergantian saling mengutarakan opininya, mulai dari musik kesukaanku, makanan yang aku hindari, tempat favoritku dalam menulis puisi, penyair favoritku, artis wanita pujaanku, dan banyak yang lain. Tiba-tiba aku teringat dengan Hana. Semenjak kepergiannya, aku merasa hampa dan tidak karuan.
Aku terbayang salah satu kisahku dengan Hana. Saat itu kami baru saja kenal, tapi masing-masing sudah mengetahui perasaan paling jujur di dalam hati. Saat itu aku tidak langsung berani dalam mengungkapkan perasaanku. Begitu juga Hana, sebagai wanita, dia lebih memilih untuk menunggu. Akhirnya di masa itu, perasaan kami terombang-ambing.
Ada perasaan sayang, tapi sulit untuk diutarakan. Ada perasaan cinta, tapi susah untuk dikata. Ketika itu aku ragu dan bertanya-tanya, apakah Hana sudah kepunyaan orang lain atau belum. Jadi kami hanya dekat sebagai teman namun ada mesranya.
Kami tidak saling jujur. Hingga ada perasaan jika dia suatu saat nanti dimiliki orang lain, maka aku tidak akan rela. Aku akan menghabisi lelakinya dengan tanganku. Sakit hati akan aku balas dengan ngilu di tulang, itulah prinsipku. Saat itu aku merasa, aku dan Hana saling mencintai tapi tidak mau saling memiliki. Wajar saja aku berprasangka seperti itu karena dia sering menceritakan kisah tentang lelaki lain di depanku.
Namun, semua berubah. Di Jalan Taman Siswa, di sore itu, kata-kata manis dan gombal dariku muncul. Saat itu, saumpama aku ditolak, maka aku akan naik Gunung Merbabu, menyepi di sana, membuang rasa maluku karena ditolak seorang wanita. Namun, syukurlah Hana menerimaku. Jadi di sore itu kami merayakan mendung sebagai sepasang kekasih.
*####*
Berhubung kami sudah lama ngopi dan berbincang, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Lagi-lagi Salwa dan Ratna saling berdebat.