Aku seakan-akan menjadi seorang Fahri di dalam film Ayat-ayat Cinta yang diperebutkan beberapa wanita. Namun, bedanya adalah Fahri memang pantas untuk wanita-wanita itu, sedangkan aku? bermimpi dan berkhayal saja sudah tidak sopan. Ratna adalah seorang puti Kiai besar nan masyhur di Jawa Timur, dan Salwa seorang dari keluarga terpandang. Bodo amat, hari ini aku tidak ingin memikirkan hal itu.
Kemarin lalu Salwa sudah kembali ke Semarang. Sedangkan Ratna menemui keluarganya yang mampir ke Jogja. Hari ini aku menemani Fahmi yang duduk melamun di Joglo Kopi.
"Orang-orang seperti kita, tidak pantas mati di tempat tidur," tiba-tiba Fahmi berujar demikian.
"Hmmmm kata-kata dari Soe Hok Gie," jawabku.
"Yup betul."
"Terus mau ngapain?"
"Aku pengen ngasih pelajaran ke suaminya Dista."
"Mi, jangan sembrono. Mereka punya rumah tangga sendiri. Oke oke, aku tahu kamu itu mantannya Dista. Tapi udahlah, biarkan mereka menyelesaikan permasalahannya sendiri."
"Nggak, bahkan aku ingin menunggu jandanya."
"WONG EDAN KOWE, MI."
Melihat Fahmi yang seperti itu, aku merasa khawatir. Dia tidak seperti biasanya. Memang di dalam hubungan dia dan Dista, dialah yang sebenarnya tersakiti. Tapi memang ada lelaki yang memiliki hati setabah dan sekokoh Fahmi. Tangannya Fahmi terus mengepal dan sesekali menghantamkannya ke meja.
"Mi, ingat polisi, Mi. Kalau kamu ngehabisin suaminya Dista bisa-bisa kamu ditangkap polisi."
"Ka, biasanya di mana-mana orang itu nyuruh ingat Tuhan. Kamu malah nyuruh ingat polisi."
"Hahahahaha ya maaf."
"Olahraga yuk, Ka.Udah lama kan nggak olahraga?"
"Nyari lawan di mana?"
"Kita duel aja."
"Hahahaha okelah. Sore aja ya. Masih pengen rebahan aku tuh."
Kami dulu memang sering duel seperti itu untuk menambah ketangkasan dalam berkelahi. Tapi berbulan-bulan ini kami tidak melakukannya lagi. Kesibukan yang padat membuat kami melupakan sejenak gejolak memukul seseorang. Aku juga khawatir karena perutku sudah membuncit. Bisa-bisa aku tidak segesit dulu.
"Ka, soal Ratna dan Salwa. Kamu itu gimana sih sama mereka berdua? Jangan dipermainin, Ka. Kasihan mereka," kata Fahmi.