"Han," kataku. Aku berjalan pelan menghampirinya. Senyum yang aku rindukan kembali merekah di depanku.
"Han," aku kembali memanggil namanya.
"Iya, Mas. Ini aku," jawab Hana. "Mas Raka apa kabar?" lanjutnya.
"Aku sehat seperti biasanya. A...a..aku..," aku tergagap. Serasa tidak percaya ini terjadi.
"Kamu ke mana saja, Han?"
Hana tersenyum manis, "Aku di sini kok, Mas. Jangan nyari aku. Aku selalu ada kok."
Hana menghirup napas panjang sambil memejamkan mata. Kemudian matanya sedikit demi sedikit terbuka sambil mengembuskan napas. "Makasih ya, Mas. Kamu udah baik sama aku. Selama ini kamu pantang menyerah untuk membahagiakan aku. Tapi aku malahan yang bikin kamu sedih. Aku senang, kamu sudah bisa dekat dengan Ratna. Dia itu wanita yang baik hatinya, halus sifatnya, lembut tutur katanya. Semoga kamu bahagia dengannya ya, Mas."
"Nggak. Untuk apa aku bersama orang lain kalau kamu masih ada."
"Mas, aku sudah nggak ada lagi. Ikhlasin aku, Mas. Jangan larut di dalam kesedihan. Kamu boleh mengenangku, tapi jangan terlalu sering. Aku takut kamu akan sulit membuka hati untuk wanita lain jika masih ada aku di hatimu. Boleh saja kamu pajang aku di dinding hatimu. Tapi aku sudah nggak ada lagi di sisimu, Mas."
Hana mendekat ke arahku kemudian memegang tanganku, "Mas, jangan nakal lagi ya. Kasihan Ratna lho atau siapa itu teman semasa kamu kecil? Salwa? Dia juga cantik, Mas. Kamu beruntung ya dikelilingi banyak wanita cantik dan baik hati. Semoga salah satu dari mereka bisa memenangkan hatimu. Semoga mereka lebih pantas dan lebih baik dariku. Mas, setiap kehilangan pasti ada gantinya, setiap yang pergi pasti ada yang datang. Namun, aku sudah pergi tapi mustahil untuk kembali lagi, Mas. Kamu harus membuka hatimu sekali lagi. Ajak wanitamu pergi ke kedai kopi kesukaanmu, menyanyikan lagu cintamu, disajikan masakan enak hasil olahanmu, ajak dia jalan-jalan ke Gunung, ajak dia makan Soto kesukaanmu yang kamu klaim sebagai soto terenak di Bumi dan wajib disajikan di Surga. Mas, entah di Surga kelak kita akan bertemu atau tidak. Semisal kita bertemu dan kenal hanya di Bumi saja, aku ingin ucapkan terima kasih. Aku bangga pernah memilikimu, bangga memiliki lelaki urakan sepertimu, senang bisa mengenalmu. Mas, menurutku kita berpisah dengan baik-baik. Kita dipisahkan oleh takdir Tuhan yang tidak bisa kita hindari. Maka terimalah itu. Jalani hari-harimu di Bumi dengan riang dan bahagia. Kelak kamu akan memiliki seorang putra atau putri. Haha kamu dulu pernah berkata akan memberikan nama Raka Junior atau Hana Junior. Tapi nama Ratna Junior atau Salwa Junior nampaknya lebih bagus dan indah didengar. Mas, aku mencintaimu, tapi angan-angan kita untuk bersama tidak akan terjadi. Lepaskan aku, Mas. Kamu berhak lebih bahagia bersama orang lain. Orang yang lebih bisa mengertimu, lebih sabar dan tabah dariku, tidak menyebalkan sepertiku. Ah, Mas, baiknya kita sudahi untuk mengenang semua tentang kita."
Tok tok tok "Kaaaaaaaaaa Rakaaaaaaaaaaa woyyyyyyyyyyyyyyyy woooooy."
Samar aku mendengar seseorang yang memanggilku. Mataku masih begitu berat untuk aku buka. Aku masih mengantuk berat. Cukup lama aku merespon panggilan orang yang ada di luar kamarku. Dari suaranya, aku menduga itu adalah Fahmi. Pertemuanku dengan Hana ternyata hanya sekadar mimpi, tapi begitu terasa nyata aku rasakan. Tiba-tiba aku menjadi sedih mengingat mimpi tadi. Bagaimana bisa aku melupakan Hana jika dia tidak pernah mengajarkanku untuk melupakan.
Aku bangkit dari tempat tidur untuk membuka pintu. Benar, ternyata Fahmi yang datang dengan dua bungkusan di tangannya.