Aku dan Fahmi masih ngopi ngerokok di kamarku. Meskipun kami sudah berteman lama, tapi banyak cerita di antara kami yang belum diketahui satu sama lain. Sejujurnya aku kurang tahu bagaimana Fahmi dan Dista bisa berpisah. Padahal mereka dulunya adalah pasangan paling romantis, harmonis, manis, di Fakultas. Ketika mereka berpisah, Fahmi berubah menjadi pemurung dan mudah emosi. Memang, ketika lelaki patah hati maka patahlah semuanya.
"Minggu depan udah puasa, Ka. Kita kok belum ada yang nemenin ya. Buka puasa sendiri, sahur pun sendiri," kata Fahmi.
"Hahaha gitu aja kok dipikirin, Mi. Biasanya kan anak-anak ILLUMINATI buka puasa bareng," jawabku.
"Itu kan dulu, Ka."
"Iya sih. Sekarang yang kesisa cuma beberapa saja. Itu pun susah kumpul bareng lagi."
"Dista gimana ya kabarnya. Beruntung banget suaminya ya."
"Dia jadi cerai, Mi?"
"Semoga saja sih jadi hahahahaha."
"Astagfirullaaaaaaaaaaaaah anak ini."
"Tapi meskipun dia yang ngerusak hubungan, aku udah maafin dia, Ka. Nggak kebayang sakitnya hatiku saat itu."
"Mi, aku belum tahu kisah yang sebenarnya lho."
"Oke, aku ceritakan."
*#####*
SUDUT PANDANG FAHMI
Hari itu, terhitung sudah seminggu aku dan Dista tidak saling berkomunikasi. Di awal liburan dia pamit pulang. Tidak seperti biasanya dia seperti itu. Memang sebelum liburan kuliah, kami sering bertengkar hebat dengan masalah sepele. pagi menjelang siang ini aku dan ILLUMINATI ngopi seperti biasanya di markas. Meskipun libur, tapi ada saja orang yang ke Kampus.
Iqbal yang sudah sidang skripsi pun masih sering ke Kampus karena mengurusi administrasi untuk wisuda. Sedangkan sebagian besar lainnya masih santai menghadapi skripsi. Raka dan Hana entah ke mana mereka. Biasanya mereka kalau datang telat untuk kumpul, berarti akan ada cemilan dan jajanan. Hana terobsesi menjadi koki, jadi Raka yang menjadi kelinci percobaan.
"Dista udah pulang, Mi?" tanya Bang Anis. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai isyarat jawaban. Entah kenapa aku malas berbicara.
"Tumben banget pulang duluan tuh si Dista," kata Rizki.
Cukup lama kami duduk santai di Markas ILLUMINATI. Kadang ada dosen dan mahasiswa lain yang ikut nimbrung. Rasanya bahagia sekali berada di sekitar mereka. Meskipun kadang mereka absurd, random, kurang waras, tapi mereka adalah teman-teman yang menyenangkan.
"Eh, aku balik duluan ya. Udah siang ini," kataku.
"Lhoooo Raka sama Hana udah mau sampai lho."
"Ah salam aja buat mereka."
"Oh yaudah deh, hati-hati, Mi."
"Okee."