"Kenapa bukan kamu saja yang mati!!"
Potongan kalimat yang berasal dari email itu benar-benar membuat Naomi tidak tahan. Siapa orang yang berada di balik email tersebut? Pasti orang tersebut berasal dari masa lalunya.
Naomi menebak siapa kira-kira orang yang berpotensi untuk tahu novel karangan Keiko. Meski Keiko sudah bilang ia tidak memberitahu orang lain selain dirinya, tetap saja itu adalah bukti bahwa ada orang lain yang tahu tentang karangan Keiko selain dirinya. Tapi sayangnya, Naomi tidak berhasil menebaknya. Keiko adalah perempuan baik hati tapi juga misterius. Banyak rahasia yang menyelimuti hidupnya. Dan Naomi tidak tahu Keiko telah menceritakan rahasianya kepada siapa saja.
Sebab, gadis itu seperti orang yang memiliki kepribadian ganda. Naomi masih ingat betul, bagaimana gelak tawa Keiko yang begitu kencang dan hangat. Tapi ia juga tidak bisa melupakan bagaimana tangisan Keiko yang pilu.
Keiko berteman dengan siapa saja, dengan satpam, ibu-ibu kantin, para guru dan penjaga kebun sekolah pun ia akrab. Mana Naomi tahu siapa yang Keiko percaya untuk menjaga rahasianya.
Dan di sini lah letak kesialan Naomi. Kalau email itu disebarkan, bagaimana ia menghadapi fans-fans garis kerasnya? Harus mengatakan apa ia pada mereka? Sebenarnya Naomi bahagia ada orang-orang yang menyukai novelnya, tapi kalau sampai mereka tahu itu bukan hasil dari pikirannya, maka habislah Naomi.
Fans-fans garis kerasnya itu mengharuskan Naomi selalu terlihat sempurna. Tidak peduli Naomi sedang letih, sedang tidak ingin mengobrol atau bahkan sedang tak ingin berdiskusi tentang bukunya, mereka terus menanyai dua novel best sellernya itu. Kenapa peran tokoh utama perempuannya, Naomi buat mati? Kenapa peran tokoh laki-lakinya dibuat sedih karena ditinggal mati? dan sebagainya.
Rasa-rasanya Naomi ingin berteriak di depan wajah mereka. Mana Naomi tahu? Mana Naomi tahu tokohnya begini atau begitu. Ia sama sekali tidak membuatnya. Ia tidak tahu apa-apa. Tetap saja, kolom komentar di instagramnya dibanjiri dengan pujian-pujian tentang kedua novel tersebut dan juga pertanyaan-pertanyaan yang Naomi tidak tahu jawabannya hingga ia harus menutup kolom komentarnya.
Baiklah, rasanya sudah selesai. Sampai di sini saja. Sejak dahulu memang tidak ada yang peduli padanya. Ibunya tidak menginginkannya, sedang ayahnya yang menyayanginya telah meninggalkannya untuk selamanya. Kini yang ada dalam pikiran Naomi adalah menyusul ayahnya. Kali saja ia bisa bertemu kembali dengan ayahnya dan mati dengan tenang berdua selamanya.
Yang Naomi tidak tahu, dalam ajaran agama tidak ada yang namanya mati dengan tenang. Setelah mati, kita masih dimintai pertanggungjawaban selama hidup di dunia ini. Apa-apa yang sudah kita lakukan, dosa-dosa apa yang telah kita perbuat. Semuanya dihitung, sedikit pun tidak ada yang tertinggal.
Bagaimana Naomi bisa tahu tentang ajaran agama? Ayahnya dulu selalu sibuk bekerja, kalau sedang tidak ada proyek? Ya mencari kerja. Tanya-tanya kepada teman sesama kuli yang makan di warung kopi. Kalau ada pekerjaan, baru lah Naomi disuruh belajar mengaji di masjid dekat rumahnya. Sebenarnya, pelajaran mengaji itu boleh bayar seikhlasnya. Tapi yang namanya bayar, biar seikhlasnya pun tetap saja harus bayar. Oleh karenanya, ayahnya hanya menyuruh Naomi mengaji kalau ia sedang mempunyai uang saja.
Dan sialnya, Naomi juga tidak menurut kepada ayahnya. Ia memang berangkat mengaji, mendatangi masjid bersama teman-teman tetangganya, tapi begitu sampai, ia bukannya masuk masjid malah duduk di tangga yang ada tulisan "Ini adalah batas suci, tidak boleh masuk kalau belum berwudhu".
Kenapa Naomi ada di sana? Ceritanya lumayan panjang. Jadi, teman-teman tetangganya yang orang tuanya kaya-kaya, ada yang PNS, ada yang menjadi guru di SMP, ada yang orang tuanya pemilik warung kopi, mereka itu memiliki sendal yang bagus-bagus. Dan tidak tahu kenapa sering hilang setiap di taruh di sana. Di lingkungan masjid tidak ada fasilitas tempat penitipan sendal. Dulu pernah ada, karyawannya juga ada, tapi hanya digaji tujuh ratus ribu per bulan. Sedangkan kos-kosannya saja sudah lima ratus ribu per bulan. Sisanya dua ratus ribu tidak cukup untuk makan jatah sebulan. Karyawan itu hanya mampu bertahan dua bulan saja.
Jadi, di sana lah Naomi tiap waktu mengaji. Menjaga sendal teman-temannya yang bagus agar tidak hilang lagi. Ia dibayar seikhlasnya saja, yang penting ia dapat uang buat jajan esok hari. Jadi sepulang dari mengaji, ia tidak mendapatkan bekal ilmu agama sama sekali.
Naomi beranjak mengambil racun tikus yang ia beli seminggu yang lalu. Entah sejak kapan apartemennya kemasukan tikus. Tikus-tikus itu meresahkan sekali, hingga Naomi harus meracuninya. Berkat racun itu, kini tikus-tikus itu sudah mati dan tidak mengganggunya lagi.
Meskipun tikusnya sudah mati, tampaknya ia harus menggunakannya lagi untuk dirinya. Ia sudah tidak tahan lagi hidup di dunia dan dengan semua penderitaan yang ia dapat, ia sudah tidak ingin menjalaninya lagi.
Naomi menenggak racun tikus itu, tanpa tangisan, tanpa penyesalan. Sekali-dua kali, sampai akhirnya ia terkapar di sudut dapur tempat ia menaruh racun tikus itu. Apakah hidupnya sudah selesai?
...........
Arina kini berada di lorong apartemen Naomi. Sejak ia cuti ke Jogja dan tidak ingin diganggu, bahkan ia sampai mematikan ponselnya agar Naomi yang cerewet itu tidak menghubunginya, tampaknya sekarang ia kangen juga pada Naomi.