Burn Out

Siti Soleha
Chapter #6

Pembenci Kesempurnaan

"Kamu bisa dibenci seluruh orang bukan hanya karena kamu jahat atau memiliki kesalahan. Mencoba bersikap baik dan menjadi sempurna pun bisa menyebabkan semua orang di sekitarmu tidak menyukaimu."

*******

"Kamu tahu, aku lama-lama muak berteman dengan Keiko. Orang tuaku selalu membanding-bandingkan aku dengan Keiko. Rasanya, aku lebih senang kalau Keiko mati saja."

"Aku pun sama. Kalau saja Keiko bukan perempuan paling cantik di sekolah ini, yang membuatnya banyak digila-gilai semua lelaki. Aku juga tidak mau berteman dengannya. Kamu lihat kan? Selama ini pacar-pacar kita hanyalah orang-orang sisaan yang ditolak oleh Keiko dan akhirnya mengajak kita berpacaran? sungguh menyebalkan sekali."

  Naomi mendengar sebuah percakapan sayup-sayup dari balik tembok di ujung lorong. Wah, Naomi tidak habis pikir, ternyata ada juga murid yang tidak suka pada Keiko ya. Ya, mungkin itu adalah siswi yang tidak mengenal Keiko dengan baik. Jadi hanya melihat luarnya saja. Atau yang lebih parah, mereka mungkin iri dengan kecantikan dan kebaikan hati Keiko.

   Dari tadi Naomi hanya berjalan-jalan memutari gedung mengusir kebosanan karena ia sedang menunggu Keiko yang sedang mengikuti ekstrakurikuler cheers leader. Sebenarnya Keiko sudah menyuruhnya pulang lebih dulu saja diantarkan Paka Aksan, supirnya. Tapi Naomi menolak. Ia bilang tidak papa menunggu Keiko sampai selesai karena di rumah pun ia akan bosan.

  Naomi berjalan menghampiri murid-murid yang membicarakan Keiko. Sungguh tidak sopan mereka padahal belum mengenal Keiko, Naomi sebagai saksi kebaikan Keiko tidak terima Keiko diperlakukan seperti itu. Ia ingin memberitahu bahwa Keiko aslinya sungguh baik, jauh lebih baik daripada mereka yang hanya iri saja.

   Begitu mendekat, langkah Naomi terhenti. Ia bersembunyi di balik tembok seraya menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kedua murid tersebut adalah Astrid dan Dinda, sahabat dekat Keiko. Bagaimana mungkin seorang sahabat bisa menjelek-jelekkan sahabatnya sendiri. Ada apa antara Keiko dan Dinda juga Astrid? Karena apabila di depan Keiko mereka sangat baik.

  Naomi tidak jadi menghampiri Astrid dan Dinda seraya berjalan mundur ke belakang. Ia menimbang-nimbang apakah ia harus memberitahu Keiko? Tapi takutnya, Naomi disangka memprovokasi. Namun kalau Keiko tidak diberitahu, ia kasihan padanya. Sampai kapan kedua sahabatnya itu menikamnya dari belakang?

  Naomi mengirimi Keiko pesan yang mengatakan bahwa ia menunggu di mobil saja. Keiko membalasnya dengan sangat baik "iya tidak papa kamu menunggu di mobil, Naomi. Atau kalau kamu sudah sangat bosan menunggu, kamu bisa meminta Pak Aksan untuk mengantarmu pulang lebih dahulu."

  Sungguh sebuah pesan yang sangat baik, bukan?

   Di mana letak salahnya Keiko hingga kedua sahabatnya begitu tega padanya? Naomi tidak habis pikir. Ia bergegas ke tempat parkir mobil. Di sana sudah ada Pak Aksan yang berada di dalam mobil seraya sibuk dengan HPnya.

...............

   Naomi mengetuk jendela, Pak Aksan terkesiap dan membuka pintu.

"Ada apa, Non Naomi? Non Keiko bilang saya disuruh mengantar Non Naomi duluan agar tidak lebih lama menunggu."

"Ah, tidak usah, Pak. Biar saya menunggu Keiko di mobil saja, boleh kan, Pak?"

"Oh, pasti boleh."

   Pak Aksan bersiap membukakan pintu belakang untuk Naomi, tapi Naomi lebih cepat membuka pintu tersebut dan masuk ke dalamnya. Entahlah, ia merasa risih diperlakukan bak putri seperti itu. Padahal ia sadar, ini semua ia dapatkan karena kebaikan Tuhan, yang diberikan lewat perantaraNya, yaitu Keiko.

  Baru lima menit berlalu, Pak Aksan sudah menawarkan macam-macam untuk Naomi. Membelikan minuman agar Naomi tidak haus, membelikan cemilan agar tidak lapar, sampai menawarkan tontonan di mobil agar Naomi tidak bosan. Naomi hanya menggeleng dengan sopan. Ia tidak ingin terlihat seperti meremehkan apa yang sudah diusahakan Pak Aksan. Terlihat sepele memang, tapi apa yang dilakukan oleh Pak Aksan begitu tulus.

  Ngomong-ngomong tentang tulus, Naomi sedikit terperanjat. Ia teringat dengan perkataan dua sahabat Keiko yang begitu jahat tadi. Mengapa mereka tega seperti itu? Dosa apa yang telah Keiko lakukan hingga kedua sahabatnya begitu membencinya? Sangat baik apabila berada di depan Keiko, tapi dibelakangnya mereka menggunjingkannya habis-habisan. Ini tidak terlihat hanya sebuah iri-irian teman biasa. Tapi mereka berdua tampak seolah memiliki dendam pada Keiko.

Lihat selengkapnya