Burn Out

Siti Soleha
Chapter #8

Impian Keiko

"Sudah menunggu lama, Naomi?" senyum Keiko merekah menatap Naomi saat memasuki mobil, Naomi yang canggung jadi salah tingkah dan hanya menggelengkan kepalanya.

"Maaf, ya, kalau aku lama. Biasanya latihan tidak selama itu, tapi karena ada senior yang datang dan ingin melihat penampilan kami, jadinya berlangsung lama."

  Keiko mengambil coklat dari dalam tas dan memberikannya pada Naomi. Naomi yang tidak mengerti hanya melebarkan matanya menatap coklat yang tampaknya sangat mahal itu. Bagaimana tidak? Coklat itu terbungkus box yang terbuat dari kaca berbentuk love. Di dalamnya ada coklat bulat-bulat yang tampaknya sangat enak dan mahal.

  Maklum, selama Naomi hidup enam belas tahun ini, ia tidak pernah tahu bagaimana rasa coklat mahal. Bahkan, jangankan rasa coklat mahal, tau rasanya coklat murah pun tidak. Hidup Naomi hanya bekisar 'bisa makan saja untung, jadi tidak usah berharap lebih'. Selain fisiknya, Naomi juga pernah di-bully karena ia tidak memiliki uang jajan.

   Teman-temannya bertanya kepada Naomi kenapa ia tidak jajan es krim atau coklat bersama mereka. Rasa es krim strawberry dan coklat dengan butiran kacang almond adalah rasa favorit teman-temannya di sekolah. Dan mereka selalu menanyakan mengapa Naomi tidak pernah membelinya satu kali pun, apa Naomi tidak menyukai es krim dan coklat? Rasa-rasanya untuk anak kelas satu SD, mana ada yang tidak menyukai coklat? Tidak ada kan?

   Teman-temannya terus mengejeknya, tidak peduli Naomi menangis meraung-raung. Pulangnya ia langsung menuntut pada ayahnya untuk dibelikan coklat dan es krim rasa strawberry seperti teman-temannya. Tapi lagi-lagi, ayahnya hanya menjanjikannya. Sudah ribuan kali ayahnya berjanji pada dirinya tapi tidak ada satu pun yang ditepati. Naomi sudah tidak percaya lagi. Ia terus menangis agar ayahnya membelikannya. Namun, mau menangis sampai air matanya membentuk lautan pun, Naomi tidak akan mendapatkan coklat dan es krim tersebut karena ayahnya memang tidak memiliki uang.

  Dan sekarang, coklat mahal seperti yang teman-teman SD nya pernah beli itu terpampang di hadapannya. Dan mungkin, harganya juga bisa seribu kali lipat lebih mahal daripada yang teman-temannya beli. Baru kali ini sepanjang ia hidup ada yang memberikannya coklat, dan orang itu adalah Keiko. Gadis baik hati yang juga memberikan kehidupan baru dan baik untuknya.

"Kamu mau? tadi ada kakak senior laki-laki yang memberikannya padaku. Sejujurnya, aku tidak menyukai coklat. Tapi kalau aku tidak menerimanya, aku bisa dianggap tidak sopan. Maka aku menerimanya, kamu mau Naomi?"

   Bibir Keiko menyunggingkan senyum termanis yang pernah Naomi lihat. Ia tidak mampu berkata-kata selain mengangguk dengan kuat. Naomi menerimanya dan langsung membukanya. Tampak coklat yang begitu lezat ada di depan matanya. Coklat itu Naomi masukkan ke bibirnya, lalu hanya ekspresi kaget yang muncul di wajah Naomi.

   Coklat itu ternyata rasanya bukan hanya sekedar enak, tapi enak sekali. Dari berbagai macam keberuntungan yang ia pernah dapatkan seumur hidupnya, memakan coklat mahal ini juga merupakan sebuah keberuntungan besar bagi Naomi. Ia terus mengunyahnya, sampai menyisakan potongan kecil coklat di bibirnya lalu ia menepuk dahinya dengan kencang. Seperti orang yang lupa sesuatu.

"Maafkan aku, Keiko. Aku langsung memakan coklat ini tanpa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu kepadamu. Maaf sekali lagi," ujar Naomi. Wajahnya memerah, bahkan potongan coklat kecil yang masih berada di mulutnya tidak sanggup ia telan.

"Haha, tidak apa-apa, Naomi. Kenapa kamu harus meminta maaf? Aku malah menyukai orang yang jujur dan apa adanya seperti dirimu."

  Tawa Keiko kencang dan hangat, sehangat kebaikannya yang ia selalu beri kepada Naomi. Naomi meyakinkan satu hal yang tidak pernah ia ceritakan kepada orang lain, ia yakin bahwa Keiko adalah malaikat yang menyamar, yang diberikan oleh Tuhan untuk menjaga dirinya. Benar, ia yakin itu, sebab, mana mungkin dirinya menjalani kehidupan dengan mengalami penderitaan terus ya, kan? Pasti Tuhan juga memberikan kehidupan baik untuk dirinya. Ia sangat yakin akan hal itu.

              ................

Lihat selengkapnya