"Kak, tolong selametin aku." Gadis itu mulai merengek ke arah Naomi, waktu orang-orang di depan pintu apartemen Naomi mulai menggedornya.
Gadis bersepatu rusak itu mulai panik dan matanya yang berwarna coklat itu menatap Naomi dengan tatapan memohon. Sedangkan Naomi malah memutar mata, jengah, kehidupannya sendiri sudah memprihatinkan. Mengapa ia harus bertemu orang-orang yang hidupnya memprihatinkan juga.
Naomi bergerak cepat sewaktu gedoran pintu itu semakin kencang dan membuat dirinya tidak nyaman. Nanti apa mau dikata tetangga kalau mereka dengar? Takutnya Naomi yang disangka memiliki masalah dengan orang-orang tersebut.
Soalnya pernah kejadian ada tetangga Naomi yang setiap hari kerjaannya dipenuhi drama persis seperti ini. Tiada hari tanpa gedoran pintu oleh orang-orang debt colector suruhan bank, karena tetangganya itu sering lalai membayar tagihan kartu kreditnya. Semua tetangga Naomi yang lain tahu kalau orang itu memiliki gaya hidup yang terlalu tinggi dan boros. Selalu bergaul dengan orang-orang sosialita, padahal dirinya sendiri tidak bekerja hanya mengandalkan uang dari orang tuanya.
Dengar-dengar orang tuanya memang kaya raya, tapi mungkin bosan dengan kelakuan anaknya yang tiap hari kerjaannya hanya berpesta saja. Hingga suatu hari memutuskan untuk tidak lagi memberikan uang yang banyak pada anak gadisnya itu. Dan si anak yang sudah terbiasa hidup mewah tetap tidak bisa mengontrol gaya hidupnya hingga tiap hari kerjaannya harus berhubungan dengan deb colector.
Tetangga-tetangga Naomi yang lainnya termasuk Naomi mulai tidak nyaman dengan kelakuan si anak gadis tidak tahu diri itu. Hingga akhirnya suatu saat mereka semua yang satu lantai dengannya membuat petisi untuk mengusir anak tersebut. Naomi mana mau hidupnya berakhir dengan pengusiran seperti itu sementara untuk hal ini, bukan dirinyalah yang bersalah.
Naomi cepat meraih hpnya dan menghubungi staf keamanan. Mengatakan bahwa banyak wartawan di depan pintunya yang ia tidak ingin menemuinya, tapi wartawan tersebut terus memaksa ingin bertemu. Staf karyawan itu percaya-percaya saja pada Naomi, karena profesinya sebagai penulis pun memang membuatnya sering disambangi wartawan.
Tidak lama menunggu, suara gedoran pintu sudah menghilang. Staf keamanan sudah berhasil mengusir mereka. Si gadis bersepatu rusak yang tadinya panik setengah mati pun kini sudah mulai lega. Menghembuskan napasnya dalam-dalam dan melempar tubuhnya ke sofa untuk bersandar. Terlihat dari raut wajahnya yang ketakutan, apa di hidupnya ia harus mengalami seperti ini? Dosa apa yang telah ia perbuat hingga wartawan-wartawan itu sangat bersemangat memburunya untuk dijadikan objek berita.
"Nama lo siapa?" tanya Naomi menggerakkan dagunya ke arah gadis malang tersebut.
"Denta, Kak. Denta Sanika."
Denta hanya menjawab singkat lalu terdiam lagi. Rupanya ia masih shock dengan wartawan-wartawan yang mengejarnya hingga ia seperti malas diajak mengobrol. Naomi beranjak ke kamar, lebih tepatnya ke lemari pakaian. Ia ingin memberikan kaos kepada Denta karena gaun yang dipakai Denta bolong-bolong entah ia tersangkut di mana.
Tapi, tunggu? Denta Sanika? Rasa-rasanya ia pernah mendengar nama tersebut. Naomi mencoba mengingat nama yang sepertinya familiar di pikirannya tersebut. Dan ia berseru "Ah!" Sewaktu berhasil mengingatnya.
Denta Sanika, meski Naomi jarang menonton sinetron hingga ia tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya, tapi Naomi sudah sering mendengar namanya. Apalagi kalau jam istirahat kantor, rekan-rekannya di kantor sering membicarakan nama itu sembari berkomentar bahwa akting artis itu benar-benar terlihat natural dan menakjubkan.
Bahkan teman-teman Naomi di kantor banyak yang menyukai artis Denta tersebut. Setiap kali mereka membicarakannya di depan Naomi, meski Naomi tidak mengerti, mereka tidak peduli. Dan terus membicarakannya dengan semangat. Dan rasa-rasanya setiap Naomi datang ke kantor, tidak pernah satu hari pun ia tidak mendengar nama Denta disebut. Hingga ia hampir menghapalnya.
Tapi kalau dipikir memang akhir-akhir ini teman-teman Naomi sudah tidak lagi membicarakan artis yang bernama Denta setelah sebelumnya heboh membicarakan kasusnya dan rasa ketidaksukaannya pada Denta. Naomi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, bagaimana seseorang bisa dengan mudah beralih dari sangat menyukai menjadi sangat membenci? Naomi tidak mengerti dan tidak memikirkannya.