Ada satu hal yang ingin sekali dilakukan oleh Naomi. Yaitu, membunuh masa lalunya yang kelam. Lalu, bagaimana caranya? Caranya ialah ia harus membunuh orang yang sampai detik ini bersembunyi di balik teror email itu.
Ia ingin lepas dan bebas dari hidup yang selama ini mengurungnya. Dan kalau orang itu adalah Dikta, ia berjanji bahwa ia yang akan membunuh Dikta dengan tangannya sendiri.
..........
Malam itu, kelam dan basah. Hujan terlalu deras jatuh ke bumi, tidak hanya membasahi pohon-pohon dan atap rumah, hujan malam itu juga mengguyur hati Naomi. Membuat ia selamanya terkurung dalam sebuah hati yang lembab, basah dan kedinginan.
Mengapa waktu tidak pernah membiarkan Naomi untuk merasa bebas? Apakah sebuah kematian tidak cukup untuk menebus dosa-dosa yang telah ia lakukan pada Keiko di masa lalu hingga ia di takdirkan untuk menjalani kehidupan yang penuh derita? Entahlah, semuanya berawal dari saat itu.
..........
Naomi memasuki rumah dengan kaki berjinjit serta menutup pintu dengan sangat pelan. Kenop pintu yang Naomi dorong tidak menimbulkan bunyi, padahal pintu itu sudah agak rusak. Kayunya yang sudah tua, usang dimakan waktu. Setiap Naomi, Keiko atau siapa pun orang yang menarik kenop pintu itu akan menghasilkan suara yang begitu berisik.
Mungkin pintu itu sama seperti dirinya yang tahu diri untuk tidak membangunkan Keiko yang pastinya telah tertidur nyenyak. Kalau sampai langkahnya membuat Keiko terbangun, ia pasti merasa bersalah.
Pukul dua dini hari, Naomi baru saja pulang. Ia bahkan lupa mengabari Keiko untuk meminta izin pulang malam karena hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Ya, hari ini ia bertanding matematika dengan Haruka, seorang siswi yang berasal dari sekolah saingannya di kota itu.
Dua sekolah yang selalu bersaing agar bisa mewakili kotanya ikut lomba olimpiade matematika antar provinsi. Sesekali, sekolah Naomi yang berhak mewakili kotanya untuk ikut olimpiade itu, tapi tidak jarang juga, sekolah Haruka lah yang mewakili kotanya. Dari dulu senior selalu bersaing sengit seperti itu. Sampai pada angkatan Naomi dan Haruka. Kalau bukan Naomi yang mewakili kotanya lomba olimpiade matematika, pasti sebaliknya.
Pertarungan ini bukan hanya sekedar siapa yang dapat mewakili lomba olimpiade matematika tapi lebih merupakan pertarungan harga diri. Rasa-rasanya kalau kalah, tercoreng sudah muka satu sekolah. Oleh karenanya, Naomi berjuang mati-matian dan berharap menang dari Haruka. Dan Naomi yakin, Haruka pasti melakukan hal yang sama seperti dirinya.
Sudah tiga bulan guru matematika Naomi mempersiapkan Naomi agar dapat menang lomba tersebut. Bukan apa-apa, kalau mereka menang, bahkan sampai tingkat Provinsi, sekolah mereka akan mewakili Indonesia di ajang olimpiade matematika internasional. Tentu merupakan sebuah kebanggaan yang harus diperjuangkan.
Dan dari tiga bulan itu juga Naomi mempersiapkannya, ia bisa dibilang tidak tidur tiga bulan ini karena matanya selalu terjaga mempelajari soal-soal matematika yang diberikan gurunya. Semua soal matematika ia kerjakan, kalau ada yang tidak bisa atau lupa rumusnya ia tidak segan-segan menghubungi gurunya jam berapa pun itu.
Bukan Naomi yang bertingkah kurang ajar, tapi gurunya lah yang berpesan seperti itu pada Naomi. Maklum, dengan memenangkan lomba ini berbanding lurus dengan menaikkan pamor sekolah. Sekolahnya bisa naik ke level "sekolah unggulan" kalau Naomi bisa memenangkan lomba ini. Oleh karenanya, kepala sekolah yang bernama Bapak Tarman, yang sudah berusia lanjut kira-kira enam puluh tahunan tapi masih semangat mengajar, begitu mengawasi Naomi.
Kerja keras Naomi yang terus berlatih, begadang tiap hari, bahkan pernah beberapa waktu matanya benar-benar sudah tidak dapat di buka lagi, akhirnya ia memberikan balsem kepada matanya agar tidak tertutup.
Lalu apa yang terjadi? Bukan matanya yang terbuka hingga dapat belajar, ia malah sibuk mengipasi matanya yang pedih karena olesan balsem tersebut. Berulang kali Naomi mengusap matanya dengan tisu atau air agar rasa terbakar dan pedih di matanya hilang. Namun sia-sia, semalaman ia menghabiskan waktu untuk mengobati matanya.