Burn Out

Siti Soleha
Chapter #19

Jangan Mati Hari Ini

  Naomi mengejar Pak Aksan yang berlari menuju mobil. Ia mengabaikan tubuhnya yang mau copot demi bisa menyelamatkan Keiko. Pesan dari Keiko yang meminta untuk menolongnya begitu membuat Naomi khawatir. Apalagi pesan itu sudah terkirim dari tiga jam yang lalu. Bagaimana kini nasib Keiko?

  Naomi masuk ke mobil dan duduk di samping Pak Aksan yang bergegas menuju tempat yang diberitahu Keiko. Dari lubuk hati Naomi paling dalam, ia tahu pasti Pak Aksan diam-diam menyalahkan Naomi kenapa tidak membuka pesan yang dikirim oleh Keiko.

  Sejujurnya, Naomi juga mengutuki dirinya sendiri. Harusnya sudah dari tadi Naomi membuka hpnya, harusnya sudah dari tadi Naomi mengirim pesan pada Keiko untuk meminta izin dan harusnya-harusnya yang lain berkecamuk di kepala Naomi. Rasanya Naomi ingin membenturkan kepalanya sendiri di kaca mobil.

  Diam-diam Naomi melirik ke arah Pak Aksan, begitu melihat raut wajah Pak Aksan yang menyeramkan karena mengkhawatirkan Keiko, Naomi langsung menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap Pak Aksan lagi. Denyut jantung Naomi yang berdetak kencang bukan hanya disebabkan oleh ekspresi Pak Aksan saja, tapi juga cara menyetirnya. Pak Aksan mengendarai mobil dengan sangat mengebut. Tidak peduli ada lubang atau genangan air, semuanya ia terobos saja.

   Dan Naomi? Sudah tidak terhitung berapa kali Naomi terpental-pental kecil di kursinya meski ia telah memakai sabuk pengaman. Tapi ia sama sekali tidak menyalahkan Pak Aksan apalagi berani protes padanya. Ia akan berbuat hal yang sama apabila berada di posisi Pak Aksan.

   Dalam perjalanan, Naomi mencoba menganalisis. Kenapa Keiko meminta tolong kepada dirinya melalui SMS? Kenapa tidak langsung menghubungi Pak Aksan saja kalau memang sedang darurat atau Keiko merasa sedang dalam bahaya? Atau Keiko juga bisa menghubungi teman-temannya yang lain. Atau bahkan kalau urgent, ia bisa menghubungi polisi.

  Polisi? Sebentar, Keiko menyuruh Naomi untuk tidak membawa polisi. Kenapa memangnya? Apakah Keiko hanya dikerjai oleh teman-temannya hingga Keiko berpikir tidak perlu membawa polisi? Lalu kenapa Keiko meminta tolong pada Naomi? Pertanyaan demi pertanyaan menyerbu pikiran Naomi hingga akhirnya Naomi sadar begitu Pak Aksan menabrak lubang yang dalam dan besar di tengah-tengah jalan dengan begitu kencang.

  Hal ini mengakibatkan Naomi mental lagi entah untuk yang keberapa kalinya dan kali ini hingga kepalanya membentur atas mobil. Ingin sekali Naomi menyuruh Pak Aksan untuk berhati-hati tapi kata-kata itu hanya sampai di kerongkongan Naomi saja. Tidak jadi diucapkannya. Naomi merasa tidak enak dengan Pak Aksan. Pasti seharian ini ia mencari Keiko. Dan begitu mengetahui Naomi juga tidak pulang sampai malam, Pak Aksan mungkin berpikir bahwa kedua nonanya itu sedang ada acara sekolah.

  Seharian Pak Aksan mencari Keiko kesana-kemari. Tapi, saat Bi Ina mengatakan Keiko tidak menitip pesan apa-apa, membuatnya sedikit lega, karena mungkin Keiko sedang ada acara dadakan. Semalaman Pak Aksan terus terjaga di ruang tamu menunggu Keiko pulang. Tapi yang pulang hanya Naomi, sejak itulah kekhawatiran semakin memenuhi pikirannya.

   Naomi maklum kalau Pak Aksan shock, begitu mendapati Naomi hanya pulang sendirian. Mungkin Pak Aksan sedang menyesali sesuatu. Mungkin ia menyesal karena pikirannya tentang Keiko terlalu positif. Ia hanya berpikir bahwa Keiko baik-baik saja. Tidak curiga sama sekali bahwa mungkin saja Keiko sedang ada dalam bahaya.

  Harusnya, dalam keadaan tidak macet, jarak dari rumah Keiko ke gudang anggur ini sekitar satu jam saja. Naomi melihat jam tangannya, menunjukkan waktu jam tiga pagi. Berarti, baru kurang-lebih setengah jam saja perjalanan itu ditempuh, tapi mereka sudah hampir sampai. Bisa dibayangkan betapa menderitanya Naomi berada di dalam sebuah mobil yang supirnya menyetir seperti orang kesetanan.

..........


  Gudang anggur itu tidak hanya ada satu saja tapi ada beberapa gudang. Pak Aksan dan Naomi memutuskan berpencar dalam mencari Keiko. Pak Aksan memberi instruksi pada Naomi, bahwa, apabila Naomi melihat orang yang mencurigakan, Naomi harus berteriak sekencang-kencangnya agar Pak Aksan dapat menolongnya.


  Naomi hanya mengangguk agar instruksi yang diberikan Pak Aksan cepat selesai. Jangankan berteriak yang rasanya Naomi sudah tidak mampu, berjalan saja ia harus menyeret kakinya karena sudah kehabisan tenaga. Tidak seperti Pak Aksan yang mencari Keiko dengan berlari kesana-kemari tidak tentu arah, Naomi hanya mampu berjalan lambat tapi ia mencoba sabar mengulik gudang itu satu per-satu.


  Gudang pertama yang Naomi masuki tidak membuahkan hasil. Bahkan saking frustrasinya, ia mencari Keiko sampai ke lemari-lemari tempat penyimpanan anggur. Sebegitu detailnya Naomi karena ia tidak ingin melewatkan apapun. Ia membuka satu persatu lemari, mengecek kolong-kolongnya, dan bahkan sampai melihat ke sekat-sekat lemari tersebut.


  Tidak ada. Keiko tidak ada di sini. Setelah memastikan seluruh ruangan sudah ia periksa, Naomi keluar dan menuju gudang selanjutnya. Sama seperti gudang pertama, ia tidak mendapatkan hasil apa-apa. Naomi memutuskan berhenti sejenak, mencoba istirahat, meluruskan kaki-kakinya yang saking letihnya hingga tidak dapat ditekuk.


Lihat selengkapnya