Burn Out

Siti Soleha
Chapter #24

Pelarian Naomi

Setelah menjelaskan pembagian tugas kepada Pak Tejo dan Pak Sarman, Pak Aksan termenung. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengapa rumah itu mau dibakar. Karena ia tidak memercayai ucapan Naomi tentang alasan Tuan Aoki tidak peduli dengan kematian Keiko.

  Meski sudah jelas, apabila melihat dengan apa yang Tuan Aoki lakukan, seperti menutup kasus, tidak mencari pelaku pembunuh Keiko bahkan sampai membakar rumah. Logika yang masuk akal apabila Naomi berasumsi seperti itu. Tapi Pak Aksan tetap tidak percaya.

  Sebab, Tuan Aoki memang terlihat selalu mengabaikan Keiko selama Keiko hidup. Seperti tidak menyahuti perkataan Keiko apabila Keiko berbicara padanya, selalu menjaga jarak dengan putri satu-satunya itu dan tidak pernah peduli. Tapi tetap saja, Pak Aksan tidak memercayai apabila Tuan Aoki mengabaikan Keiko sampai kematiannya. Pasti ada yang Tuan Aoki rencanakan.

    Diam-diam Pak Aksan mencoba mencari tahu dengan memendamnya di dalam hati. Sebab, kalau ia mendiskusikannya dengan para pekerja lainnya mereka tidak akan percaya. Dilihat dari perangai Tuan Aoki mereka akan lebih percaya dengan situasi yang terjadi sekarang. Tuan Aoki tidak peduli kepada anaknya.

“ Aksan, kok kamu diam saja. Kasih ide, dong!” PaK Tejo menyenggol lengan Pak Aksan hingga membuyarkan lamunannya.

“Eh, eh, iya, kenapa, Pak?” jawab Pak Aksan dengan tergagap.

“ Sudah jangan tegur Aksan. Dia pasti masih shock dengan mengingat-ingat kejadian semalam. Bagaimana kalau kalian berdua saja yang masuk ke dalam rumah, sementara Aksan dan Bibi menunggu di luar untuk berjaga-jaga?”

   Kali ini Bi Inah buka suara. Sesalah apapun Aksan di matanya karena tidak bisa melindungi Keiko tetap saja BI Inah kasihan padanya.

“Benar, Bi Inah berjaga-jaga di luar saja. Bagaimana pun tetangga-tetangga di rumah Non Keiko semuanya mengenal Bi Inah. Nanti kalau ditanya, bilang saja kehilangan kunci gembok. Hingga kita sebagai pekerja harus masuk dengan susah ke rumah itu.” Seru Pak Sarman.

“Masuk akal, Pak Sarman. Lagi pula, orang-orang di sana kan tidak ada yang tahu tentang kejadian mengerikan itu. Jadi semua terlihat normal-normal saja.”

“Baik, ayo kita lakukan sekarang, tidak usah menunggu Naomi. Gadis itu menangis terus-menerus bahkan sering meneriaki dan memukuli saya. Biar kalau Naomi sampai, dia istirahat saja di sini,” ucap Pak Aksan seraya berdiri untuk bersiap-siap.

“ Kasihan sekali gadis itu,” gumam Bi Inah. Hanya itu kata yang diucapkannya. Meski jauh di lubuk hatinya menjerit melihat kenyataan ada dua gadis yang diasuhnya mengalami kehidupan yang tragis.

  Bagi Bi Inah, tidak seharusnya Keiko meninggal secara mendadak. Dan tidak seharusnya juga Naomi, sahabat baik Keiko, mengalami trauma berat karena melihat Keiko meninggal tepat di hadapannya.

   Padahal usia mereka masih sangat belia, Bi Inah berpikir kenapa tidak ia saja yang meninggal. Usianya kini sudah enam puluh lima tahun. Kalau ia meninggal, pasti semua orang menganggapnya wajar karena ia sudah tua.

“Ayo bergerak cepat, sebelum Naomi mengacaukan semuanya.”

    Pak Aksan menyuruh rekan-rekannya untuk bergerak cepat. Karena Pak Aksan mengetahui watak keras kepala Naomi. Kalau ia datang, pasti ada saja yang dimintanya. Meminta untuk ikut dan mengambil novel itu sendiri.

 

..........................

 Begitu Naomi sampai di alamat yang telah dikirimkan Pak Aksan melalui SMS, rumah itu kosong. Naomi dibuat tercengang, kemana para pekerja? Apakah alamat yang diberikan Pak Aksan salah? Baru saja Naomi ingin menghubungi Pak Aksan, hpnya berdering dan ia melihat notifikasi muncul di layar hpnya.

SMS dari Pak Aksan yang memberi tahu bahwa kunci rumah itu berada di bawah keset bertuliskan “welcome.” Tidak itu saja, Pak Aksan juga menyuruh Naomi untuk tetap berada di sana.  Jangan menyusul karena ini berbahaya, jangan melakukan apa-apa yang memancing kecurigaan Tuan Aoki.

  Naomi berteriak setelah membaca pesan tersebut. Bagaimana ia bisa untuk berdiam diri di sini sementara ia tidak tahu kinerja para pekerja tersebut. Kalau mereka tidak becus dan rumahnya keburu dibakar bagaimana? Naomi akan kehilangan novel berharga Keiko.

   Tapi baiklah, kali ini Naomi mengalah. Ia orang baru di rumah itu jadi tidak mengerti seluk-beluk rumah. Sedangkan para pekerja sudah puluhan tahun kerja di rumah itu, apalagi Bi Inah, pasti tahu apa yang harus diperbuatnya.

Lihat selengkapnya