Naomi menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada driver, yang tentu saja ini membuat driver begitu senang. Meski sebenarnya, tadi ia sempat dibuat kesal oleh kelakuan Naomi dan Denta yang menyuruhnya berputar-putar tanpa arah tujuan.
Bukan main senangnya hati pak supir. Bagaimana tidak? Beberapa minggu belakangan ini begitu sepi. Tidak banyak yang mau naik taxi meskipun pak supir sudah keliling-keliling mencari penumpang.
Untungnya istri dari pak supir ini sabar sekali. Tidak bawel dan marah-marah karena diberi uang sedikit. Prinsip dari istri pak supir, yang terpenting suaminya sudah berusaha dan bekerja keras. Tidak malas-malasan mencari nafkah. Hasilnya berapa, ia akan mencoba mengikhlaskan.
Dan taxi pun berhenti tepat di stasiun. Sebenarnya, Naomi dan Denta ke stasiun atas usul Denta. Ia bilang, bagaimana kalau ke Bandung saja. Di sana akan ada orang yang akan membantu dirinya untuk mempersiapkan sebuah hotel atau bahkan private villa yang tidak akan diketahui orang lain.
Naomi menurut saja. Tidak membantah, protes atau apapun. Ia menyerahkan seluruh hidupnya kepada dirinya sendiri. Ia sudah dewasa, ia bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Tanpa tergantung pada orang lain.
Sebenarnya, ponselnya sudah ratusan kali bergetar. Ada ribuan pesan chat masuk untuk Naomi. Dan Naomi yakin, dari ribuan chat yang masuk, pasti setengahnya dari Arina dan setengahnya lagi dari atasannya, Pak Cahyo. Setelah Naomi intip, benar dugaannya, masuk notifikasi dua ribu lima ratus chat dari dua pesan alias dua pengirim.
Tertulis nama "Arina si ngeselin" dan "Pak Cahyo nyebelin" di layar hp Naomi. Naomi menghembuskan napas dengan kasar. Heran, memangnya mereka tidak punya kerjaan lain apa selain meneror rekan kerja dan bawahannya?
Apalagi dengan Pak Cahyo itu, Naomi tidak hanya kesal padanya tapi juga membencinya. Dari awal ia baru diperkenalkan oleh Arina, Naomi sudah tidak suka pada Pak Cahyo. Bagaimana tidak? Pak Cahyo sudah menjelek-jelekkan novel karangan Keiko.
Pak Cahyo mengatakan bahwa kedua novel tersebut tidak layak untuk diterbitkan. Dan ia bersikukuh tidak mau menerbitkannya meski Arina sudah mati-matian mempromosikannya.
Pak Cahyo juga bilang bahwa alur kedua novel itu juga tidak jelas. Tulisannya berantakan dan banyak plot twist di dalamnya yang berpotensi menjadi plot hole. Naomi keluar ruangan dan hampir membanting pintu. Kalau saja ia tidak ingat bahwa Pak Cahyo adalah pimpinan redaksi, ia pasti sudah melakukannya.
Sewaktu Naomi ingin meninggalkan ruangan tersebut karena tidak sudi novel karangan Keiko dihina-hina, Arina melarangnya. Arina bilang Naomi harus sabar menghadapi Pak Cahyo. Karena bagaimana pun, meski Pak Cahyo sudah memiliki pengalaman yang banyak, ia tetap tidak mengerti cerita cinta remaja yang disukai pasar.
Demi Arina yang sudah menolongnya, akhirnya Naomi mau menurunkan egonya untuk bersabar menghadapi Pak Cahyo. Lagipula Naomi juga sudah malu dengan Arina. Hampir lima bulan Naomi menumpang hidup di apartemen Arina tanpa bekerja apa-apa.
Naomi memang tahu diri dengan membantu membereskan apartemen Arina dan juga memasak untuknya. Tapi tetap saja tidak cukup. Dirinya harus menghasilkan uang untuk mandiri. Ia tidak bisa terus-terusan menumpang pada Arina meski Arina sama sekali tidak keberatan.
Jadi sewaktu Naomi mengetahui Arina bekerja di perusahaan penerbitan. Ia mengatakan pada Arina bahwa ia memiliki dua novel dan meminta Arina untuk membacanya. Reaksi Arina di luar dugaan Naomi. Ia histeris dan mengatakan kalau dirinya yakin novel ini akan menjadi novel yang best seller kalau diterbitkan.
Dan di sini lah Naomi pada akhirnya. Berusaha sabar demi ia mendapatkan uang dan tidak menyusahkan orang lain. Walau di awal-awal ia diharuskan mengkoreksi novelnya sendiri meski ia tidak mengerti.
Naomi buat novel sendiri saja tidak bisa bagaimana ia harus mengkoreksi? Akhirnya Arina membantunya. Dan tidak itu saja, awal Naomi kerja ia disuruh-suruh bagaikan office girl. Disuruh memfotokopi berkas-berkas pekerja yang lain meski itu bukan tugasnya.
Membelikan makanan untuk Pak Cahyo dan seluruh pekerja saat makan siang, disuruh menyeduh kopi atau teh saat ada tamu. Bahkan, menyuruh Naomi menjemput sekolah anaknya yang paling bungsu. Seolah Naomi adalah pekerja serabutan di sana.
Untungnya setelah novelnya di ACC untuk diterbitkan dan akhirnya best seller. Baik Pak Cahyo dan pekerja lainnya tidak ada lagi yang berani menyuruh-nyuruh Naomi. Hanya, setelah mereka semua tahu bakat Naomi dilihat dari novel karangan Keiko yang best seller, mereka selalu memerintah Naomi dengan menulis novel lain dengan deadline yang tidak masuk akal.
Satu novel deadline satu bulan. Dan bisa ketebak, setiap hari Naomi dikejar-kejar dan dihubungi oleh Pak Cahyo untuk meminta chapter terbaru novelnya. Padahal, Naomi tidak sepandai Keiko dalam menulis novel. Tapi kalau keluar, Naomi harus kerja di mana lagi? Naomi bahkan tidak lulus SMA.
"Kak Naomi, yuk, masuk ke stasiun," ajak Denta.
Naomi tersadar. Sudah berapa lama ia melamun tadi.