Burn Out

Siti Soleha
Chapter #32

Tidak Peduli

Naomi membuka mata dan terkejut begitu melihat Denta berada di hadapannya. Sejak kapan dirinya tertidur, padahal ia begitu antusias melihat pemandangan di villa yang begitu menenangkan.

Naomi bangkit dari tidur, tapi Denta tidak memperbolehkannya hingga Naomi tidak jadi bangun.

"Udah, Kak, tidur aja. Kakak pasti capek, kita kan abis menempuh perjalanan jauh antara Jakarta-Bandung."

Denta membenarkan posisi bantal agar Naomi merasa nyaman. Tapi Naomi malah tersenyum melihat kelakuan adik ketemu gedenya itu yang sok-sok perhatian padanya.

"Bukannya kamu yang malah lebih capek? Kamu kan yang nyetir dari stasiun ke sini. Aku mah kerjaannya cuma tidur aja. Di kereta aku tidur, di mobil pun aku juga tidur bukannya nemenin kamu ngobrol. Hehe, maaf ya."

Kini Naomi sudah benar-benar bangun dan duduk di kasurnya. Rasanya tidak sopan menanggapi omongan seseorang dengan tiduran seperti itu.

"Ya, kita sama-sama capek sih, Kak, sebenarnya. Kak, untuk sementara jangan lihat media sosial dulu ya. Pasti akun-akun gosip lagi beritain aku tentang video porno yang mirip aku itu. Aku benar-benar trauma, Kak. Sekarang aja hpnya aku matiin, biar aku nggak denger apa-apa."

Denta memperlihatkan hpnya yang di non-aktifkan. Sementara Naomi juga melakukan hal yang sama. Memperlihatkan kepada Denta bahwa hpnya kini sedang off.

"Aku juga malah dari pagi nggak hidupin hp."

Entahlah, meski Naomi tidak mengetahuinya. Tapi apa yang ia takutkan memang benar-benar terjadi. Semua akun gosip memang sedang memberitakan dirinya dengan konotasi negatif. Naomi dianggap sebagai pencuri karya orang lain.

Lucunya, akun-akun gosip memberitakan tentang Naomi dan Denta secara bergantian tanpa mereka tahu kalau kedua orang itu berteman. Mereka berteman karena kesedihan yang sama. Karena kehancuran yang tidak mereka ciptakan sendiri.

"Seperti yang Kakak bilang, kita harus move on. Makanya aku minta Aa Jajang buat nyiapin semuanya."

Alis Naomi mengkerut. Apa maksud dari "menyiapkan semuanya?" Sungguh, ia tidak mengerti. Sementara Denta mengembangkan senyumannya.

"Tadi, tuh, waktu di kereta aku WA Aa Jajang, anaknya Pak Ujang buat nyiapin semuanya. Ya makanan, minuman, baju ganti sampai baju renang buat kita udah disiapin, lho."

Denta melebarkan matanya tanda ia begitu antusias dengan rencananya. "Kalau semesta bisa dengan mudahnya membuat kita gila. Maka, mari kita wujudkan harapan semesta. Kita menggila seraya tertawa. Menertawakan kesedihan yang tidak kunjung usai. Dan di akhir nanti, mari kita buktikan, diri kita atau semesta yang akan kalah," lanjut Denta.

Matanya menerawang saat ia mengatakan hal itu. Mencoba bersemangat dengan mengusir rasa takut yang selama ini selalu menghantui hidupnya. Persetan dengan segala hal yang akan terjadi. Biarlah, ia tidak akan peduli lagi.

"Wow, kata-kata kamu bagus juga, Ta. Kayaknya kamu yang lebih cocok jadi penulis daripada aku nih, hehe. Tapi, BTW, jujur aku nggak ngerti. Yang nyiapin baju renang buat kita itu cowok?"

Naomi bergidik ngeri. Seumur-umur dia tidak pernah memercayai lelaki. Dan sekarang Denta meminta seorang laki-laki untuk membelikan bikini untuk dirinya. Dari mulai ukurannya, sampai warnanya. Laki-laki itu yang memilihkan? Sungguh, ia tidak habis pikir.

"Nggak dong. Haha, Kak Naomi, mikirnya ke arah mana sih? Ngaco deh. Yang nyiapin tetep anaknya Aa Jajang yang baru lulus SMA. Sekarang kerjanya bantuin Aa Jajang."

Denta memelintir rambut hitamnya yang panjang. Rambut indahnya itu sangat disukai oleh ibunya. Saat ibunya masih ada, ibunya sangat merawat rambutnya agar hitam berkilau. Saat ini ia juga masih merawat dan menjaganya.

Denta akan terus menjaga apa yang ibunya jaga. Sedang Naomi kini bisa bernapas lega. Ia segera menghalau over thinking dari kepalanya.

"Yaudah, yuk, Kak. Sekarang kita mau renang dulu, makan dulu, apa karaokean dulu, nih?"

Matang. Untuk anak seusia Denta, belum tentu mudah merencanakan hal sematang ini dengan waktu yang relatif singkat. Tapi Denta bisa, ini merupakan salah satu kelebihannya.

"Pertama, makan dulu yuk, aku laper, hehe. Kedua kita karaokean, kalau udah puas karaokean, baru deh kita berenang. Abis itu nanti malam kita curhat-curhatan, ya." Naomi menyebutkan step by step hal yang ingin dilakukannya. Sementara Denta dengan antusias mengangguk setuju dengan rencana dari Naomi.

Yang pasti, kedua gadis itu sedang tertawa bahagia. Tanpa mereka berdua sadari, ada yang harus menanggung kasus mereka. Yakni, rekan-rekan kerja mereka. Biar saja, toh, selama ini, sebagai rekan kerja, mereka juga sering memperlakukan Denta dan Naomi dengan buruk.

..................


Sebelum teriakan kedua Pak Cahyo menghancurkan barang-barang yang berada di ruangannya, Arina segera berlari keluar. Fokus utamanya saat ini adalah temannya yang sekarang menjadi hacker.

Lihat selengkapnya