Burn Out

Siti Soleha
Chapter #36

Petunjuk Pembunuh Keiko

   Setelah menutup telpon, Naomi keluar kamar. Ia hendak memeriksa apakah Denta sudah bangun atau belum. Apakah Denta mendengar pembicaraannya dengan Arina atau tidak. Karena bagi Naomi, seburuk apapun Dikta di matanya, tidak ada sangkut pautnya dengan Denta. Ia tidak mengetahui apa-apa tentang kelakuan kakaknya di luar sana. Yang penting bagi Naomi, Denta adalah anak yang baik bagi dirinya.

  Naomi membuka pintu kamar Denta dengan mengendap-endap. Ia tidak ingin langkahnya membangunkan Denta. Begitu kamar terbuka, benar saja ia mendapati Denta yang masih tertidur pulas. Naomi menarik napas lega, ia kembali menutup kamar Denta.

  Baru saja ia menuju kulkas untuk mengambil minum, hpnya berdering. Dalam pikirannya kalut, semoga saja Arina yang menelpon, karena kalau yang menghubunginya adalah Pak Cahyo, bisa habis ia dimaki-maki. Sewaktu Naomi melihat layar hp, ia menatap bingung. Di hp tertulis panggilan tidak dikenal.

  Nomer itu sengaja di private oleh pemiliknya. Jelas itu bukan dari Arina. Tapi dari siapa? Pak Cahyo juga seburuk-buruknya atasan dalam hal memaki karyawannya di telpon, tapi ia tidak pernah menghubungi melalui nomor private. Ia tahu itu.

  Lalu siapa yang menghubunginya dengan menggunakan nomor private. Seolah ia sengaja menyembunyikan identitasnya. Sebentar, apa mungkin ia adalah orang di balik email tersebut? Sejenak, Naomi merasakan seluruh tubuhnya merinding.

   Panggilan terputus. Baguslah, Naomi jadi tidak perlu repot-repot memikirkan lebih jauh siapa orang yang menelponnya. Tapi tidak lama, baru saja Naomi meneguk segelas air, notifikasinya berbunyi, ada SMS masuk di hpnya.

"Naomi saya Pak Aksan, bisa kah kamu mengangkat telepon saya? Saya ingin mengatakan sesuatu yang penting sama kamu."

  Naomi membelalakkan matanya, ia bahkan hampir melempar hpnya sendiri. Tidak percaya dengan apa yang ia baca. Pak Aksan? Pak Aksan yang berasal dari masa lalunya? Supir Keiko yang lebih memilih menyelamatkan dirinya sendiri daripada menyelamatkan Keiko? Tidak!! Ia tidak sudi untuk berbicara dengannya.

  Tapi apa tadi? Ia ingin mengatakan sesuatu yang penting? Sesuatu yang penting apa? Apakah tentang Keiko? Tapi kan Naomi sudah memutuskan agar menjauh dari segala hal tentang Keiko. Ia bahkan rela pergi dari para pekerja agar hidupnya tidak terhubung lagi dengan Keiko.

  Tapi apa sekarang? Bahkan Pak Aksan memiliki nomer hpnya dan menghubunginya. Apa yang harus ia lakukan? Naomi menimbang, ia duduk di kursi biru muda dekat kamar Denta. Ia menggigit bibirnya keras-keras memutuskan apakah ia mau berbicara dengan Pak Aksan lagi atau tidak setelah sekian lama dirinya sudah tidak berhubungan dengannya.

   Hpnya berdering lagi, tampaknya Pak Aksan tidak memberikan Naomi jeda untuk berpikir dan menimbang. Sesaat Naomi ragu, tapi dengan tangan yang gemetar ia mencoba mengangkat telepon dari Pak Aksan.

"Ha ... Halo, benar ini Pak Aksan?" suara yang keluar dari bibir Naomi begitu pelan dan gemetar.

   Naomi baru kepikiran bagaimana kalau itu bukan Pak Aksan? Bagaimana kalau ia dijebak? Jangan-jangan yang menelpon dirinya adalah orang di balik email yang mencoba menjebaknya. Air mata Naomi mulai keluar. Ia menangis tertahan, bagaimana ini? Ia sudah terlanjur mengangkatnya dan orang itu sudah mendengar suaranya.

"Benar, Naomi, saya Pak Aksan."

   Naomi langsung bernapas lega. Ia mengenali suara itu. Meski Naomi belum terlalu lama mengenal Pak Aksan. Tapi mereka berdua sama-sama tinggal di rumah Keiko dan sering berinteraksi.

  Ya, itu suara Pak Aksan. Suaranya berat dan tegas tapi pelan. Itu sudah menjadi ciri khas Pak Aksan. Ia tidak pernah meninggikan suara kepada perempuan. Apalagi kepada Keiko dan Naomi. Tidak akan. Naomi lega karena ini bukanlah sebuah jebakan.

"Naomi, saya akan memberitahukan sesuatu yang penting sama kamu. Asalkan kamu berjanji untuk tidak memberitahukan hal ini dengan siapa pun. Bagaimana, kamu bisa untuk berjanji?"

   Suara Pak Aksan terdengar tegas dan tidak main-main. Kenapa ia serius sekali? Dan ia menyuruh untuk tidak memberitahukan kepada siapa-siapa? Ia tidak bisa. Semuanya harus ia beritahukan kepada Arina. Kemarin saja sewaktu dirinya tidak memberi tahu Arina saat ia membalas email, jadinya malah kacau balau. Berantakan.

"Maaf, Pak Aksan, sebelumnya, Pak Aksan, ingin memberitahu informasi tentang apa? Apa ini ada hubungannya dengan Keiko?"

   Sewaktu Naomi menyebut kata 'Keiko' ia memelankan suaranya. Ia juga berlari ke kamarnya agar Denta tidak mendengar percakapannya dengan Pak Aksan.

"Iya, Naomi, kamu benar. Ini tentang Non Keiko. Saya mendapatkan informasi yang begitu berharga. Jadi, sehari setelah kamu kabur, saya mencoba mencari ke sana ke mari tentang Non Keiko. Eh, tapi, bukankah kamu belum berjanji untuk tidak memberitahukan siapa pun? Bahkan kepada orang terdekatmu?"

  Pak Aksan berhenti. Ia harus waspada walau pada Naomi sekalipun. Bagaimanapun juga, gadis itu pernah mengkhianatinya. Padahal ia sudah setengah mati mengambil novel, benda berharga Keiko. Naomi malah kabur dengan membawa novel tersebut.

"Maaf, Pak Aksan, tapi saya tidak bisa berjanji seperti itu. Saat ini saya mempunyai seorang sahabat yang selalu saya andalkan. Saya tidak bisa untuk tidak memberitahu dia tentang apapun hal yang terjadi pada saya. Sekalipun itu tentang Keiko."

   Naomi teringat akan Arina. Kapan ia mau menjemputnya?

"Itu kesalahan kamu, Naomi. Kamu tahu kan, pembunuh Keiko masih jadi misteri. Kita tidak tahu siapa dia dan mungkin masih berkeliaran di sekitar kita. Kenapa kamu sangat ceroboh bertindak seperti itu?"

Lihat selengkapnya