Pak Aksan akhirnya menutup telepon setelah mewanti-wanti Naomi agar tidak memberi tahu siapa pun tentang informasi ini. Pak Aksan juga menyuruh Naomi kuat atas masalah yang telah menimpanya, yakni, satu Indonesia kini sedang menghujatnya. Memaki-maki Naomi, mengatakan dirinya pencuri karya orang lain.
Naomi tidak peduli alias bodo amat. Selama ia tidak melihat sosial media, ia tidak akan tahu seberapa jahatnya komentar-komentar netizen. Ia juga tidak ada niatan untuk pergi ke tempat ramai, di mana di tempat itu ada yang mengenalinya. Ia akan bersembunyi, selamanya. Sampai orang-orang sudah lupa untuk mengurusi hidupnya.
Baru saja Naomi berpikir kira-kira selain kekasih Keiko, siapa saja yang bisa dijadikan tersangka utama. Siapa laki-laki yang membuat Keiko mau pergi bersamanya? Bisa jadi itu teman sekelasnya. Mengajak Keiko ke cafe dengan dalih mengerjakan tugas kelompok? Tapi tidak lama Naomi berpikir, dirinya sudah terganggu oleh keributan di pintu depan.
Pintu depan digedor-gedor orang tidak dikenal. Suaranya berisik sekali, Naomi menaruh hpnya di kasur lantas ke luar dari kamar. Ia juga melihat Denta yang keluar dari kamar karena terganggu oleh ketukan pintu tersebut.
"Kak Naomi, itu siapa sih di luar?" tanya Denta yang matanya masih menyipit karena terbangun oleh kegaduhan tersebut. Ia menyibakkan rambutnya yang berantakan.
Suaranya gaduh sekali, membuat Naomi dan Denta menutup kuping serempak. Naomi hanya menggeleng tidak tahu. Siapa orang yang mengetuk pintu tidak tahu aturan di pagi-pagi begini?
Tidak hanya membuat keributan, orang-orang di balik pintu juga menyuruh untuk cepat membukakan pintu. Sejenak, Naomi dan Denta saling berpandangan sepersekian detik. Lalu, Naomi menggeleng ragu. Tidak ingin membuka pintu.
Meski ia tidak bisa menebak, tapi pasti orang-orang itu adalah orang yang tidak tahu aturan. Naomi berpikir pasti orang itu adalah preman. Tapi, untuk apa villa mereka di datangi preman? Apalagi ini villa private. Pasti sudah ada izin dan keamanannya pun ketat.
Rasa takut Naomi dan Denta dikalahkan oleh rasa penasaran. Mereka mensejajarkan langkah, berdua berjalan menuju pintu. Ketukannya semakin kencang, teriakan orang-orang yang menyuruh mereka membuka pintu apalagi.
Baru saja pintu itu terbuka separuhnya, orang-orang berpakaian preman sudah menyeruak masuk ke dalam tanpa permisi. Bahkan Denta hampir terjungkal karena tertabrak salah satu bapak berbadan tambun. Untung Naomi dengan sigap memegangi punggungnya, hingga Denta tidak terjatuh.
Kesal dengan perlakuan orang-orang yang membuat keributan dan menabrak dirinya, Denta langsung bertolak pinggang. Mengeram kesal menatap orang-orang itu tanpa takut sedikit pun.
"Maaf, kalian siapa, ya? Kok nggak sopan mengetuk pintu sambil teriak-teriak?"
Salah satu dari lima orang itu maju, mengambil kertas dari kantong celananya dan menyerahkan kepada Denta.
"Kami dari kepolisian, tolong koperatif dengan kami, Mbak Denta. Anda kami tangkap karena kasus video porno yang meresahkan masyarakat," ucap salah satu orang yang sepertinya adalah pemimpin dari empat orang lainnya.
Sementara Naomi dan Denta terbelalak. Saking shocknya, Denta mundur satu langkah. Kakinya terlalu lemas untuk menyanggah tubuhnya. 'Kali ini, cobaan apa lagi, ya Tuhan,' ratapnya dalam hati.
Jujur, meski Naomi juga takut dan shock mendengar penjelasan dari polisi, ia mencoba sekuat tenaga untuk tetap tenang. Memegangi Denta seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.
"Kami akan menggeledah dan menyita barang-barang, Mbak Denta, dengan tujuan mencari bukti. Setelah itu, Mbak Denta ikut dengan kami. Ini surat perintah penangkapannya."
Polisi itu menyerahkan sebuah kertas kepada Denta lalu menyuruh anak buahnya untuk bergerak menggeledah seisi rumah. Beberapa petugas itu bergerak cepat. Mereka berpencar dan memasuki semua kamar.