Burn Out

Siti Soleha
Chapter #38

Kutukan Masa Lalu

  Para polisi itu menaruh semua barang Denta ke kantung plastik untuk dijadikan barang bukti. Setelah mereka selesai menggeledah seisi villa, mereka memaksa Denta untuk ikut bersama mereka ke kantor polisi.

"Enggak, Pak, saya nggak mau ikut ke kantor polisi. Enggak!!" teriak Denta yang suaranya mengaum ke seisi ruangan. Kakinya berpijak ke lantai menahan mati-matian agar ia tetap berada di tempat.

  Naomi juga tidak kalah kuatnya menahan Denta. Tidak ingin Denta keluar dari sini tanpa ada yang mendampingi. Terjadi aksi tarik-menarik antara Naomi dan polisi yang membuat Naomi reflek mengambil vas bunga kecil berwarna biru yang berada di meja, lalu memukulkannya ke salah satu kepala polisi yang menarik Denta.

  Denta kaget dengan apa yang dilakukan Naomi, maksudnya, ia tidak menyangka bahwa Naomi akan seberani itu. Naomi lebih kaget lagi, ia mendapatkan keberanian dari mana sehingga berani berbuat seperti itu.

  Tapi kalau dipikir-pikir, sepertinya quote yang Naomi baca ada benarnya juga. 'Orang yang hampir mati berkali-kali tidak akan menakutkan apapun.' Ternyata quote itu benar, terbukti ia mempraktekkannya sendiri.

  Sedangkan Denta yang mendapatkan aura keberanian dari Naomi, kini keukeuh mempertahankan tubuhnya. Ia bahkan mendorong beberapa polisi yang juga menarik tubuhnya. Tapi sekuat apapun pertahanan Denta dan Naomi, tenaga mereka akan kalah dengan laki-laki.

   Apalagi salah satu dari mereka yang kena pukul vas oleh Naomi mulai meradang. Ia tarik Naomi yang menempel di tubuh Denta, lalu mendorongnya. Naomi terlempar ke lantai dan Denta reflek berhenti melihat Naomi yang mengiris menahan sakit.

"Oke, oke, Pak, saya ikut sama kalian ke kantor polisi. Tapi tolong jangan nyakitin temen saya, dong." Para polisi itu berhenti. Dan Denta langsung menolong Naomi.

"Kak, Kak Naomi, nggak papa?" tanya Denta membantu Naomi berdiri. Naomi hanya menggeleng seraya memaksakan senyum, berkata tidak apa-apa dengan suara pelan.

   Padahal siku Naomi berdarah dan itu lumayan banyak. Tidak apa-apa bagaimana? Naomi dan Denta memang dua orang perempuan yang paling jago dalam urusan berpura-pura.

"Ta, kamu jangan mau diajak mereka. Kamu nggak salah, kok," ujar Naomi meyakinkan Denta.

  Denta menggeleng mendengar perkataan Naomi. "Udah lah, Kak, kita ikutin aja bagaimana hidup ini dengan angkuhnya melukai kita. Aku cuma nggak mau, orang-orang yang berada di sekitar aku ikut merasakan imbasnya penderitaanku. Mereka juga ikut menderita karena aku."

  Denta mencoba tersenyum, entahlah, mungkin karena dua hal. Yang pertama, ia mencoba pasrah dan ikhlas dan yang kedua ia sudah mati rasa. Naomi melihat yang kedua, karena yang pertama begitu sulit untuk dilakukan, bukan?

"Ta, di dunia ini, siapa yang bisa ngebela kita selain diri kita sendiri? Kamu harus perjuangin itu, Ta, selama kamu merasa nggak salah!!"

  Air mata Denta kembali mengalir. Ya, kata-kata Naomi memang tidak ada yang salah. Tapi ia sudah lelah, mau diperjuangkan bagaimana lagi diri ini kalau ia saja sudah mencoba untuk selalu kuat tapi dihancurkan lagi dan lagi.

"Sudah jangan banyak bicara, Mbak Denta, mari ikut kami!"

  Salah seorang polisi menarik lengan Denta, kali ini ia tidak berontak lagi. Menurut saja dengan apa yang dilakukan polisi kepadanya. Sedangkan Naomi tidak menyerah, ia terus melobi polisi agar ia bisa mendampingi Denta.

"Pak, saya akan ikut untuk mendampingi Denta!!"

"Tidak bisa, Mbak. Yang boleh mendampinginya hanya keluarganya atau kuasa hukumnya saja." Salah seorang polisi menjauhkan Naomi yang tidak ingin lepas dari Denta.

"Ya nggak bisa begitu dong, Pak! Emang ada di undang-undangnya harus sama keluarga aja??"

  Naomi bersikeras, mengejar Denta yang sudah melangkah sampai ke pintu depan. Polisi dengan cepat membuka pintunya dan berjalan keluar.

"Nggak bisa begitu dong, Pak. Ta, kamu jangan mau asal di bawa gitu aja!"

  Naomi melakukan sebisa ia lakukan. Ia menarik kerah baju Denta agar tidak terlepas dan lagi-lagi polisi menghalanginya.

"Nggak papa, kok, Kak. Kak Naomi di sini aja, ya? Nanti juga Pak Ujang bakal dateng buat beresin villa."

  Naomi sempat berhenti satu detik. Mungkin Denta mengira Naomi takut kehilangan Denta karena Naomi takut sendirian dan tidak ada teman.

"Aku nggak mikirin diri aku tapi aku mikirin kamu, lho!"

  Denta mengangguk, mengerti maksud dari Naomi. Tapi mereka berdua tidak memiliki daya apa-apa.

  Saat Denta di masukkan ke dalam mobil, Naomi masih terus mengejar dengan menepuk-nepuk kaca jendela. Tidak berapa lama, ada sebuah mobil datang. Dan orang yang berada di dalam mobil cepat-cepat keluar melihat keributan yang terjadi.

  Arina dan Zein keluar buru-buru dari dalam mobil karena melihat Naomi yang sedang menangis mengejar mobil polisi. Sebenarnya ada apa ini?

..............


  Arina berlari menghampiri Naomi yang sedang menangis sesenggukan karena tidak berhasil membuka pintu mobil yang keburu jalan menjauh. Naomi terduduk lemas di jalanan, Zein yang melihat hal itu segera mengambil air mineral di mobil.

Lihat selengkapnya