Burung Terbang Berpasangan

Husni Magz
Chapter #10

Aplikasi Kencan

Orang bilang bahwa mencari uang lewat jalan yang haram memang seringkali mudah. Kau tidak perlu usaha yang banyak untuk mendapatkan uang. Tapi resikonya juga lumayan besar. Terutama ketika pekerjaanmu menyangkut jasa menjual kenikmatan seksual. Aku pernah melayani seorang psikopat yang ingin mendapatkan kepuasan seksual di semak-semak. Ceritanya, suatu hari ada orang yang chat lewat aplikasi dan mengajak ketemuan. Bayaran yang dia tawarkan lumayan tinggi. Tapi permintaannya lumayan menantang. Dia memintaku untuk berhubungan di ruang terbuka.


"Dimana?" tanyaku lewat aplikasi.


"Pokoknya ada. Nanti aku bawa kamu ke sana?"


"Aman tidak. Bagaimana jika ketahuan oleh orang lain?"


"Aman. Tempatnya sepi dan jauh dari pemukiman."


"Di kebun? Atau di hutan?"


"Kamu nanti akan tahu sendiri," pungkasnya.


Dia menjemputku dari rumah dan mengajakku menuju suatu tempat yang jaraknya lumayan jauh. Aku dibawa memutari kota, kemudian masuk ke pinggiran kota, ke arah jalan setapak menuju sebuah bukit kecil yang lengang dan terakhir dia menepikan motornya di sebuah pemakaman cina. Di sana sini aku melihat batu nisan menjulang. Beberapa makan dibangun atap di atasnya, khas pekuburan cina pada umumnya.


"Serius kita main di sini?


"Ya dimana lagi, ini tempat yang paling sepi dan paling aman."


"Kenapa tidak menyewa penginapan saja?"


"Mahal! Lagi pula aku lebih suka bercinta di area terbuka. Fetishku out door sex."


Bulu kudukku merinding. Aku membayangkan tengah melakukan perbuatan nista di tengah pemakaman. Lebih tepatnya di bawah pohon beringin yang dikelilingi oleh perdu dan semak belukar. Bagaimana jika ini menjadi malapetaka?


"Kamu serius mengajakku berhubungan di area pemakaman?" tanyaku untuk kali kedua.


Dia mengangguk dan langsung membuka celananya.


Aku benar-benar ngeri. Bagaimana mungkin aku bisa melakukan perbuatan laknat itu diantara jasad-jasad mati di bawah tanah sana. Bagaimana mungkin kuburan itu tidak mampu menjadi peringatan tentang betapa dekatnya kematian?


"Kamu tidak mengatakan sejak awal kalau kita akan bermain di kuburan."


"Aku kan sudah bilang kita akan cari tempat sepi," dalihnya. Dia mulai menggeranyangiku.


Aku menghentak tubuhku dari jangkauannya. "Tidak. Aku tidak ingin melakukannya di sini. Lebih baik saya pulang saja!"

Lihat selengkapnya