Burung Terbang Berpasangan

Husni Magz
Chapter #12

Bencana Pertama

Aku tahu bahwa Allah masih sangat sayang kepadaku dan untuk alasan itulah Allah menegurku dengan cara-Nya, mulai dari teguran yang paling halus hingga teguran keras. Dari semua teguran-Nya, Allah ingin kita kembali ke fitrah dengan hati suci dan penuh cahaya iman.


Allah Maha Tahu bahwa selama ini aku cukup bebal dan tak mau mengikuti jalan yang lurus dengan tetap mengikuti hembusan syahwat yang semakin menggila. Berkali-kali Allah berusaha memanggilku untuk kembali pulang dengan cara yang amat halus. Misal, ketika aku rebahan di ranjangku sembari menggulir tiktok, ada potongan ceramah salah satu ustadz yang memperingatkan tentang azab besar yang akan diterima oleh para pelaku homoseksual. Dan konten-konten seperti itu lewat lusinan kali di berandaku. Seakan-akan, setelah menonton video ceramah-ceramah pendék itu Allah berkata langsung kepadaku, 'Ayolah Sardi, tunggu apa lagi. Sudah saatnya kamu kembali dan menghentikan perilaku laknat seperti itu.'


Berkali-kali pula Allah memgetuk hatiku lewat bisikan-bisikan dari nurani yang paling dalam yang barangkali dihembuskan oleh malaikat, untuk memintaku kembali.


'Ayolah Sardi, mau sampai kapan kamu begini?'


'Bagaimana jika tiba-tiba maut menjemputmu dan kamu belum bertaubat dari dosa liwath?'


'Maut itu datang tanpa diundang. Bagaimana jika tiba-tiba besok kamu bangun di alam yang berbeda dan kamu sadar bahwa kamu sudah di alam barzakh, sementara baru kemarin sore kamu berzina dengan seseorang lewat aplikasi haram itu?'


Kekhawatiran dan ketakutan itu sering melintas di hatiku. Hanya saja aku abai. Hatiku mengeras seperti batu. Bahkan barangkali lebih keras dari batu. Sekeras apa pun batu, jika dia meluncur jatuh, pasti akan terbelah. Bahkan batu yang keras bisa cekung dan terkikis jika terus menerus ditetesi air. Sementara hatiku? Ayat-ayat Alquran, beragam nasihat dan ceramah yang kudengar dan bisikan nurani, masih belum bisa membuatku sadar.


Lihat selengkapnya