Burung Terbang Berpasangan

Husni Magz
Chapter #9

Nasihat Ustadz

Farhat memang teman yang baik dan untuk alasan itulah rasa bersalahku semakin dalam karena pernah membuatnya marah dan kecewa. Bahkan meski aku tahu bahwa dia sudah memaafkanku. Rasa bersalah itu tumpang tindih dengan rasa malu karena pernah menyukainya sementara dia tahu hal itu. Sebagaimana yang dia bilang tempo hari, dia tidak akan menjauhiku selama aku tidak mengulangi kesalahan yang sama. Masalahnya, aku tidak tahu apakah dia merasa risih dan berpikir bahwa aku memikirkan yang tidak-tidak terhadap dirinya? Meski sampai sekarang, untuk urusan rahasia dia memang layak dipercaya. Dia tidak membocorkan tentang orientasi seksualku kepada siapa pun.


Suatu hari Farhat datang untuk memberitahukan kepadaku bahwa ada grup Facebook yang diinisiasi oleh seorang psikolog untuk membantu pengidap SSA. Kebanyakan kliennya lelaki.


"SSA itu apa?" tanyaku bingung.


"Same sex attractions. Ketertarikan seksual terhadap sesama jenis," jelas Farhat. "Mereka tidak mengasosiasikan diri mereka sebagai gay atau bagian dari LGBT meski mereka tahu dan mengakui bahwa diri mereka memiliki ketertarikan secara seksual kepada sesama jenis. Bedanya SSA dengan gay adalah soal pola pikir. Gay bangga dengan penyimpangannya dan menganggap hal itu harus diterima. Sementara SSA bisa saja berpikir mereka harus sembuh," jelas Farhat panjang lebar. "Untuk lebih jelasnya kamu ikut grupnya saja.


Farhat kemudian mengirimkan link grup Facebook tersebut. Ada dua grup yang aku masuki. Pertama, grup "Peduli Sahabat" dimana aku menemukan para lelaki yang memiliki problem yang sama dengan diriku. Ada diantara mereka yang secara blak-blakan menceritakan pengalaman-pengalaman hidup mereka yang penuh dengan kegetiran. Sebagian amat mengharu biru. Sebagian lagi kisah sukses para SSA dalam melewati godaan dan cobaan, kemudian berhasil menikah dan menjadi lelaki seutuhnya.


Aku juga menemukan kasus yang hampir mirip denganku. Ada seseorang lelaki yang mengalami penyimpangan orientasi seksual setelah mengalami pelecehan di masa kecil. Ada yang dilecehkan oleh sesama anggota keluarga, orang terdekat dan bahkan gurunya. Kemudian pengalaman buruk itu ternyata membuat persepsi seksual mereka menjadi tak lagi normal.


Sebagian lagi ada yang berkisah bahwa mereka menyimpang karena salah pergaulan dan coba-coba. "Daripada main dengan perempuan hamil, lebih baik main dengan laki-laki. Eh, ujung-ujungnya malah ketagihan. Begitulah curhatan seorang lelaki dengan akun anonim. "Tapi aku sudah muak dengan semua ini dan ingin berubah," pungkasnya kemudian, sembari mengaku ingin ikut sesi konsultasi.


Di grup ini kami bisa berkonsultasi dengan beberapa praktisi yang memang ditunjuk untuk menangani permasalahan kami dari nol. Kami mengikuti beberapa kali sesi konseling untuk mengetahui sejauh mana kami melangkah di dunia kelam itu dan bagaimana tindakan yang harus kami ambil ke depannya.


Lewat grup ini aku lumayan lega karena secara tidak langsung aku tidak lagi sendirian. Ternyata ada lho orang lain yang memiliki masalah yang sama denganku dan kami sama-sama berjuang untuk terlepas dari dunia kelam ini.


***

Farhat juga beberapa kali mengajakku untuk ikut kajian ketika kami libur kerja. Beberapa kali aku mengikuti kajian offline di komunitas hijrah. Di setiap sesi kajian, ada sesi tanya jawab langsung sebelum kajian itu ditutup. Biasanya para jamaah sangat antusias melontarkan pertanyaan-pertanyaan mereka. Lalu tiba-tiba Farhat bilang kepadaku bahwa aku bisa meminta nasihat ustadz terkait permasalahan yang aku hadapi ini.


Lihat selengkapnya