Burung Terbang Berpasangan

Husni Magz
Chapter #26

Kembali dan Menyesal

Aku harus mengganti gaya hidupku jika aku ingin tetap bertahan dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Aku memang kehilangan semua yang selama ini kumiliki, tapi aku harus tetap optimis untuk bisa melewatinya.


Hanya saja, Sandra ternyata wanita pendendam yang begitu mengerikan. Dia tidak rela untuk melepaskanku. Dia bahkan menginginkan kehidupanku menderita setelah meninggalkannya. Beberapa kali aku diteror oleh orang-orang suruhannya.


Diantara teror yang kuterima adalah adanya bangkai ayam di dalam stereofoam yang kutemukan tepat di depan pintu kamar kontrakanku. Aku yakin itu adalah ulah kaki tangan Sandra. Entah siapa.


Beberapa hari setelah itu, menjelang dzuhur, pintuku diketuk oleh seseorang. Kubuka daun pintu dan kutemukan driver ojol berdiri sembari menenteng bungkusan paket makanan di kedua tangannya. Paket makanan yang lumayan banyak. Burger king! Aku tidak pernah memesan makanan lewat aplikasi ojek online. Ini pasti ada yang salah. Atau bisa saja ada yang memesannya hanya saja driver ojek online itu salah mengidentifikasi alamat.


"Ini rumah Pak Reyhan?"


"I-iya. Tapi saya tidak pesan makanan lho, Pak," ujarku. Dugaanku benar. Ini ada yang tidak beres. Jika driver ojol itu salah mengidentifikasi titik alamat, harusnya dia menyebut nama lain, bukan namaku.


"Tapi ini pesanan memang buat Pak Reyhan." Si driver ojek online tetap bersikeras. Pada akhirnya, mau tidak mau aku harus menerima paket itu dan membayarnya sebanyak empat ratus ribu rupiah. Malam itu, aku makan burger dan daging ayam sampai perutku penuh. Ah, tidak apa-apa, pikirku. Sekali-sekali makan enak bukanlah sebuah kesalahan.


Tapi itu bukan kekeliruan yang pertama, ada pesanan susulan yang mengatasnamakan diriku. Pesanan kedua, ketiga, keempat hingga kelimapuluh dengan harga makanan pesan antar yang diluar nalar. Lama-lama aku bisa merugi. Aku yakin ini adalah ulah Sandra. Karena dia masih menyimpan dendam itu di hatinya dan dia memiliki banyak cara untuk membuatku menderita.


Karena sudah tidak tahan dengan segala tingkah gilanya, aku melaporkan kejadian menjengkelkan ini kepada kepolisian. Saat itu aku menjelaskan duduk persoalannya di hadapan seorang petugas polisi yang dengan sangat tekun mengetik berkas perkaraku.

"Tunggu saja, nanti akan kami proses," ujar si petugas dengan senyum basa-basi. Senyum seadanya.


"Tapi Bapak bisa memperkarakan wanita itu kan?" tanyaku, mencoba mencari kesungguhan pak polisi.


Dia menatapku dengan tatapan yang sulit kutafsirkan. "Iya. Itu bisa diatur. Kami tidak hanya menangani kasus Pak Rey saja. Ada lusinan kasus yang juga sedang kami tangani. Jadi mohon bersabar. Tapi kalau mau cepat, bapak bisa membantu kami dengan biaya administrasi tambahan," jelasnya panjang lebar. Ck! Uang lagi!


"Kalau tidak segera ditangani, wanita itu akan terus terusan meneror saya dengan pesanan-pesanan lain, Pak. Bisa-bisa keuangan saya tekor untuk membayar makanan yang tidak saya pesan."


"Itu urusan Bapak. Kami akan membantu Bapak tapi tetap dengan mematuhi regulasi yang ada." Ah, pandai betul dia bersilat lidah.


Aku berharap kepolisian memiliki keseriusan untuk menangani kasusku. Tapi sepertinya mereka memang tidak serius. Buktinya berminggu-minggu aku menunggu kabar namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Ah, barangkali kasusku hanya dianggap sebagai kasus sepele yang tidak layak untuk diperhatikan. Sekarang kejengkelanku bukan hanya pada perilaku Sandra yang sudah sangat mengerikan, tapi juga kejengkelanku merembet pada instansi kepolisian.


Daripada menunggu hal yang belum jelas, aku berinisiatif untuk menghentikan semua kegilaan ini dengan caraku sendiri. Tidak ada jalan lain selain pindah kontrakan. Dengan pindah alamat, Sandra akan kehilangan jejak mangsanya. Aku seperti dikejar-kejar oleh hantu masa lalu.


***


Lihat selengkapnya