Lela hanya melamun terbayang kejadian semalam, sangat khawatir kalo sampai Suami dan Keluarganya tau.
''Kamu kenapa lagi??'' tanya Herman saat berkunjung melihat Lela yang terlihat ketakutan tidak tenang.
''Aku'' jawab nya dengan nadanya yang tiba tiba kaku dan mulai menangis ketakutan.
Herman langsung tersenyum dan memeluk erat sambil mengelus rambut nya supaya bisa lebih tenang.
''Udah gak usah nangis,cerita saja ayok!!'' Herman meyangkinkan lela supaya lebih tenang dan mau bercerita
''Percuma kamu pasti gak akan percaya!!!''
''Mau percaya bagaimana kamu saja belum cerita apapun padaku??''
"Aku membunuh orang!!!" jawab nya terputus putus karena gugup.
Herman terkejut langsung melepaskan pelukan Lela dari tubuhnya, menatap kedua bola mata lela sehingga saling bertatapan.
''Kamu bunuh orang??'' tanya Herman lagi meyakinkan.
''Iya'' jawab lela sambil menelan ludah dalam dalam.
'’Wk wk wk wk wk''tawa herman
''Kok malah ketawa !!!"
''Gimana gak ketawa coba, kamu aja bunuh tikus di dapur saja gak tega apalagi kamu bunuh orang!!!''
''Tapi kan!!!''
'’Ahhhh.......udah '' Herman langsung menutup kedua bibir lela yang pucat
''Kan Dokter sudah bilang kalo kamu itu lagi kebanyakan pikiran, mungkin wajar aja kalo kamu itu kepikiran kaya gitu, udahlah tenang saja gak usah di pikiran itu pasti cuman pikiran kamu saja yang lagi kacau, ingat besok aku jenguk kamu, kita pulang yah?''
“Em” jawab Lela.
****####****
"Hosh... hosh... hosh...!!!"
Setelah menjenguk Isyrinya di RSJ, Herman berbaring lelah menikmati hangat dan empuknya tempat tidur kamar hotel yang berwarna putih berselimut tebal, pakainya kemejanya ia lepaskan hanya tersisa kaos dalam yang pendek dan tipis, tangan nya ia luruskan bersamaan lurus menghadapi kakinya yang sengaja ia luruskan, matanya ia pejamkan sambil menikmati suara musik di smartphone nya yang di letakan di samping kepalanya di atas selimut.
"Herman!!! " entah dari mana suara itu berasal, tapi suara itu berhasil membuat Herman merinding untuk langsung bangun dari tempat tidurnya melihat di sekeliling nya, mencari cari orang yang memanggilnya, namun setelah ia melirik ke kanan ke kiri dan depan belakang ia sama sekali tidak menemukan orang satu pun di sekitarnya yang telah memanggil namanya.
"Apakah aku sedang berimajinasi sendiri?? " Herman bertanya pada dirinya sendiri, dan saat pikir pikir mungkin firasatnya ada benar nya juga, kalo dirinya hanya sedang berhalusinasi saja, hingga akhirnya ia memilih berbaring kembali menikmati suara musik favoritnya.
"Dor... Dor... Dor!!!"
Kebiasaan yang paling ia benci di dalam kamar. Suara gedoran pintu yang menurutnya sangat mengganggu aktivitasnya nya di dalam kamar.
"Aduh siapa lagi sih? pengganggu saja!!!" Herman langsung membuka matanya dan menjambak jambak rambutnya karena emosi bercampur lelah dan rasa malas, tak ada pilihan lain ia pun memaksakan tubuhnya yang malas itu bangun membukakan pintunya karna siapa tau itu penting
"Ngittt.......!!!" saat pintu sudah terbuka lebar dan melirik ke kanan kiri dan depan ternyata tak ada seseorang pun yang berdiri di sana, tapi saat ia melirik menatap bawah lantai ia melihat ada jejak kaki yang berwarna merah darah, entahlah maksudnya apa tapi seperti tanda sebuah jejak yang harus ia ikuti dari arahan cap kaki itu.
Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung berjalan pelan mengikuti arah jalan kaki itu berasal dan saat jejak itu sudah dekat dengan sumber ternyata jejak itu mengarahkan ke arah bus yang ada parkiran khusus mobil dan bus, terlebih pintu bus itu terlihat sudah terbuka menandakan bahwa Herman harus masuk ke dalam bus tersebut, saat ia melirik ke arah jam tangan nya ternyata sudah larut malam,tubuhnya pun sudah merasa lelah dan pegal karena kelelahan menjenguk Lela yang memakan waktu sampai 2 jam.
Akhirnya ia memilih untuk kembali saja ke dalam kamar hotel nya, ia tak ingin menghabiskan waktunya hanya untuk masuk ke dalam bus, pasti itu iseng iseng orang orang rendahan yang mengganggu nya di dalam kamar.
"Didddddddd.......!!!!" klakson bus tiba tiba saja berbunyi sendiri dengan sangat keras saat Herman membalikan tubuhnya kembali menghadap bus, lampu bus tiba tiba menyala berkedip kedip sendiri sangat terang dari kejauhan ke arahnya.
"Apa maksudnya ini??" Herman kembali merasa bingung.
Karena tak ingin membuang waktu lama lama dan juga rasa penasaran nya yang semakin bercampur emosi, ia langsung pergi berjalan perlahan mendekati bus tersebut yang hanya jarak 3 meter dari arah ia berjalan dan berdiri
"Permisi,siapa di dalam??" Herman menoleh ke dalam bus yang ternyata kosong dan saat melirik setir bus ia melihat kertas yang terlihat ada tulisan darah.
"Tinggalkan bus ini!!!!! "
Tulisan itu berwarna merah persis menyerupai darah asli dan saat ia mencium kertas tulisan itu memang darah.
"Darah apa ini? apakah darah kelinci atau darah sapi? "
Ia sama sekali tak takut atas tulisan dan ancaman itu, karena ia hanya memikirkan darah itu darah apa?
Herman langsung meletakan kembali kertas itu ke tempatnya dan kembali melirik kembali ke belakang melihat lihat sekeliling bus mencari orang yang ternyata memang benar benar kosong tak ada siapapun yang sedang mengerjakan nya
"Cih, lelucon sampah!!!" Herman membuang ludah ke luar pintu dari dalam bus menuju keluar pintu.
Saat hendak turun satu langkah dari dalam bus tiba tiba dari belakang tubuhnya ada yang memegang pundak kanan nya dari belakang, hingga sempat membuat Herman kaget dan terkejut agak takut dan saat ia menoleh ke belakang bus ternyata ia adalah Ibu mertuanya.
"Ibu? " Herman berpikir bingung dan heran, karena sebelum hendak keluar dari dalam bus ia benar benar sama sekali tidak menemukan siapapun di sana terlebih ada ibu mertuanya sendirian di sana
"Iya herman aku ibu mertuamu" jawab nya dengan senyuman nya memperlihatkan gigi nya yang masih terlihat rapi dan putih meskipun usianya yang tak terlalu muda dan segar.
"Ibu ngapain disini sendirian di dalam bus tengah malam begini?" serasa tak percaya ia melihat ibu mertuanya sedang berdiri sendirian di dalam bus tengah malam yang terasa agak dingin
"Emang gak boleh yah, kalo ibu main main di dalam bus ini sendirian? " ibu merasa seperti dinasehati dan memilih balik nanya.
"Bukan nya gak boleh, tapi kan ini sudah saat nya istirahat ibu kan sudah mulai tua jadi harus jaga kesehatan dong!!! " Herman mengelus ngelus pundak ibu mertuanya dengan nasehatnya
"Hahahahahaha, Ibu sudah gak punya kesehatan lagi!!!!” lampu bus tiba tiba berkedip bersamaan dengan suara Tawa ibunya yang terlihat agak menakutkan membuat herman sedikit takut
"Emang kenapa bu?” tanya Herman agak bergetar ketakutan
"Karena aku sudah matiiiiii" ternyata ia tertipu, yang ia kira adalah ibu mertuanya ternyata dia hantu yang menyamar menjadi ibu mertuanya.
Wajahnya langsung berubah drastis berubah menjadi sosok yang sangat menyeramkan, dengan darah kental yang terlihat bertetesan di seluruh tubuh nya menandakan seperti seseorang yang habis dari kecelakaan hebat, rambutnya sangat panjang kusut berwarna putih, dan tak terawat sampai menyentuh karpet, bajunya berwarna putih panjang seperti layaknya sosok kuntilanak, kukunya panjang dan berwarna hitam tak terawat.
Herman hanya melotot ketakutan, nafasnya tidak teratur, tubuhnya pun bergetar sangat ketakutan. Ia tak menyangka bahwa ia benar benar melihat hantu asli di depan kedua matanya, tanpa pikir panjang ia langsung bergegas pergi untuk keluar dari dalam bus, namun sial terjadi pintunya tiba tiba saja tertutup dan terkunci sendiri.