Bus Kota Warna Merah (Cerpen Pilihan Editor#1)

Oleh: Khairul Azzam El Maliky

Blurb

Bocah itu masih terlalu kanak-kanak ketika Tuhan mengambil Ayahnya untuk selama-lamanya. Setiap pagi hingga menjelang sore, bocah perempuan itu berlari dari rumah kayunya menuju ke ujung dermaga, dan selama seharian dia berdiri di sana tanpa menghiraukan hantaman terik matahari yang memukul ubun-ubun kepalanya, berharap dia melihat Ayahnya turun dari kapal dan berlari menghambur padanya. Atau melihat ujung tiang kapalnya dari kejauhan. Berhari-hari dia melakukan yang sama. Berulang-ulang. Tapi Ayahnya tak kunjung datang.
Sejak kabar bahwa kapal Ayahnya tenggelam bersama para ABK-nya, perangai Ibu tirinya berubah drastis. Sosok perempuan yang dulu amat menyayanginya itu berubah menjadi sosok perempuan yang pemarah. Dibentaknya bocah ingusan itu. Disuruhnya menanak nasi. Disuruhnya bekerja. Untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka, bocah perempuan itu bekerja dengan mencari kerang dan kepiting. Pendapatannya memang tidak seberapa. Tapi cukup untuk makan sehari dua hari.
Tapi musibah itu kembali datang menyapa hidupnya. Di saat dirinya tengah mengumpulkan kerang dan kepiting, salah seorang pemuda kampung berlari seraya memberitahu penduduk. Rumah bocah itu terbakar. Seluruh harta miliknya ludes terbakar. Termasuk Ibu tirinya. Menjelang akhir hayatnya, Ibunya meminta maaf padanya. Ibunya juga berpesan agar gadis itu menyelamatkan nyawa adiknya yang masih kecil.

Lalu, bagaimanakah kisah lanjutan hidupnya?

Lihat selengkapnya