Ina dan Amy sedang berada di dalam ruangan gym pribadi Seno ditemani oleh pelatih tinju dan Mang Udin yang juga suka olahraga dan beladiri. Barbell dan dumbbell yang bisa digunakan untuk melatih otot tangan ditaruh agak menyudut. Static bicycle yang berfungsi seperti sepeda untuk melatih otot kaki sedang dipakai oleh Mang Udin.
Amy lebih memilih lari di tempat dengan menggunakan alat treadmill berkecepatan sedang. Ina lebih memilih heavy bag, ia ingin berlatih tinju.
DEBAK DEBUK
Tangan Ina makin lentur,semakin mantap memukul karung tinju. Seorang pria mengawasi gerakannya dari belakang.
“OK! Udah bisa latihan sendiri, ya!”
“Siap, Pak,” sahut Ina.
Sudah tiga hari ini, Ina rutin berlatih tinju. Bukan untuk menjadi profesional, melainkan hanya untuk melatih kekuatan dan juga melawan rasa takut. Setidaknya dengan memukul samsak (karung tinjuyang warnanya hitam) itu, selain membakar kalori dan melatih kekuatan otot juga bisa melawan ketakutannya akan suara pukulan-pukulan.
Pria itu kembali menjelaskan pada Ina cara mengkoordinasikan otot lengan, bahu, kaki, pinggang, dan otot-otot yang lain agar bisa memberikan pukulan yang mantap. Usai melatih tangan, pelatih itu juga mengajarkan Ina cara menendang samsak.
Tentu saja itu bukanlah hal sulit bagi Ina. Dua tahun belakangan gadis itu sudah mengenal beladiri krav maga dan juga silat. Targetnya tahun ini adalah bisa bertinju dan lebih rajin berolahraga di ruang gym pribadi Seno. Ia semakin rajin setelah Aydin mengatakan kalau dirinya kurang olahraga.
“Nah, gerakannya udah bagus! Tendangannya udah mantap!” ujar pria itu lagi.
Bulir-bulir keringat bercucuran di pelipis Ina. Anak rambutnya mulai basah. Rambutnya yang dikuncir satu ke belakang kini sudah agak berantakan. Baju lengan pendek berbahan satin hitam yang dikenakan Ina juga mulai basah.
DEBAK DEBUK
Gadis itu masih mengerahkan kemampuannya, meninju dan menendang samsak. Gerakannya semakin gesit dan berbahaya.
DEBAK DEBUK
Napasnya semakin memburu, dadanya berdegup kencang, kupingnya mulai panas.
DEBAK DEBUK
Ina meyakinkan dirinya kalau dia bukanlah orang lemah. Seketika Ina kecil kembali bermain-main dalam pikirannya, Ina kecil yang kesulitan berjalan. Ina teringat cerita Amy beberapa hari yang lalu saat Asih dan Seno susah payah mengajari Ina kecil berjalan. Saat bayi lain sudah bisa berlari di umur tiga tahun, ia masih harus belajar untuk berjalan. Amy bilang, semua keterlambatan itu mungkin disebabkan oleh tubuh Ina yang terguncang saat masih bayi.
Dalam kisah yang diceritakan Amy, Ina kecil adalah penghuni bumi yang malang dan lemah. Hanya karena masalah sepele, seperti melihat kucing berkelahi atau tak sengaja melihat Papa Seno yang menonton tinju, Ina langsung menangis. Ina mengartikan semua itu sebagai sesuatu yang kejam, jahat, dan ia tak menyukainya.
Ina menganggap seluruh orang di dunia ini harus baik, tak boleh melakukan kejahatan. Dan ... Ina akan menangis kalau ada kejahatan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
Semakin Ina bertumbuh, kejahatan yang Ina maksud semakin bertambah, sehingga Ina kecil membuat larangan-larangan yang aneh. Mulai dari dilarang memukul nyamuk, dilarang menginjak semut, dilarang mengejar lalat,dilarang berteriak, dilarang berkata kasar hingga dilarang mengeluh.
Ina kecil semakin mendapat perhatian lebih, ia mendapat perlakuan khusus dari Seno dan Asih karena tingkahnya yang terkadang menggemaskan. Ina kecil menjadi semakin dimanja dan terus dimanja sampai Ina kecil mulai malas melakukan apa pun dan menjadi bergantung pada Seno dan Asih.
DEBAK DEBUK
Pukulan Ina semakin membabi buta, diiringi tendangan kaki yang energik membuat Mang Udin yang meliriknya dari jauh seolah dapat merasakan penderitaan karung tinju yang ada di depan Ina itu.
Yang lemah pasti selalu takut. Siapa yang takut, semur hidupnya akan ditindas.
Kalimat motivasi yang baru saja ia dengar tadi pagi telah memberi semangat lebih untuk dirinya.
DEBAK DEBUK
Napas Ina kian terengah-engah, kepalanya sudah benar-benar basah. Peluh-peluh semakin cepat mengalir di pelipisnya. Tangannya mulai sakit dan kakinya mulai pegal.