Bel pulang berbunyi, mengakhiri aktivitas sekolah di hari senin. Hampir semua siswa di kelas Ina merasa bahagia karena guru matematika tak memberikan pekerjaan rumah. Ina dan Aydin masih sibuk mengemasi buku-buku dan juga alat tulis yang masih berserakan di atas meja. Usai semuanya dipastikan masuk ke dalam tas, mereka bicara soal makan siang.
“Kamu hari ini makan di rumahku, ya! Kamu kan belum pernah ke rumahku ....” Aydin memaksa Ina dengan senyuman khasnya, menampakkan gigi-gigi putihnya yang dihiasi behel seraya menaikkan kacamata yang turun ke pangkal hidung.
“Ok, deh. Tapi janji ..., gue dapet skincare gratis!” Ina berharap Aydin menyadari kalau dirinya sedang bercanda.
“Oh, tenang aja, Na. Aku kasih kamu dua.”
“Okey.”
Belum sampai dua langkah Ina berjalan meninggalkan kursinya, seseorang telah melabraknya dan mengapitkan tubuhnya ki dinding belakang kelas.
BRAK. Terdengar bunyi dentuman tas punggungnya yang dipenuhi buku menubruk dinding belakang kelas.
BRUK. Aydin terjatuh di lantai kelas, napasnya memburu, tangan dan kakinya bergetar. Beberapa siswi lain yang masih berada di dalam kelas segera menolongnya untuk meraih obat di ransel.
Sedangkan Ina, lehernya menegang lantaran dicengkeram kuat oleh tangan seseorang, sebelah tangan orang itu mendorong dadanya agar terus terhenyak ke dinding.
“Jadi, yang punya akun itu elo, hah?” Ratu memasang wajah bengis.
Ina tak bisa berkata-kata, cengkraman Ratu terlalu kuat.
“Heh, Pelakor! Lo jangan sok cantik, deh! Lo tau kan siapa gue? Jadi ... seharusnya lo mengindari berurusan sama gue. Bukan malah sok cantik, deket sama Hanan berarti LO NANTANGIN GUE!” Suara Ratu meninggi. Urat kemerahan bertonjolan di pelipisnya.
Ina berharap Ratu segera menyudahi cengkeraman tangan di lehernya dan membicarakan masalah ini baik-baik. Tapi, apa boleh buat, Ratu seperti ingin membuatnya mati saat ini juga, ia sudah tak bisa lagi bernapas. Tak ada pilihan lagi selain melawannya.
PLAK
Telapak tangan kanan Ina dengan cepat mencengkram wajah Ratu sampai ia kesulitan bernapas dan kesulitan melihat. Saat cengkraman tangan Ratu mulai melemah, Ina lekas-lekas menarik kerah bajunya lalu secepat kilat menarik tubuhnya ke arah dinding dan mengentakkannya ke dinding.