Ina sudah berada di dalam mobil yang ia kendarai sendiri. Ia menjemput Angel di rumahnya lalu segera berangkat menuju sebuah shopping mall terbesar di pusat kota.
Usai memarkirkan mobil di basement, mereka bergegas menuju sebuah coffe shop.
“Gak masalah kan kalo gue ajak temen gue ke sini?”
“Santai aja kali,” balas Ina.
Ada beberapa kursi yang sudah diisi, mereka mengambil meja di sebelah kanan yang muat untuk lima orang.
“Caramelia Cookie Corn ... selamat menikmati ....”
“Makasih, Mbaaak.”
“Sama-sama.”
“Eh, gimana komentar lo tentang Hanan?” tanya Angel usai mencicipi kopi yang jadi kesukaannya di coffe shop ini.
“Entahlah, gak bisa komen banyak. Kasihan juga, sih. Tapi kesel juga ... kenapa dia mesti bohong.”
“Gara-gara dia subscriber kita makin anjlok!”
“Tolong jangan bahas dulu masalah channel YouTube! Gue mau bebasin pikiran gue dari itu. Oke ....”
Sebenarnya Ina sedikit menyesal menuruti Amy agar ia ikut membangun channel Youtube bersamanya. Ina tak tahu bagaimana bisa ide gila itu terbersit di pikiran Amy. Kalau alasan Amy hanya untuk membuatnya punya banyak teman dari komunitas yang mereka bentuk, tak seharusnya Amy begitu ambisius mengejar jumlah subscriber sampai-sampai banyak mengorbankan waktunya dan teman-temannya.
Sejak ia mengenal profesi youtuber, hidup Ina menjadi berubah. Waktu istirahat Ina semakin berkurang karena harus menuruti jadwal ketat yang dibuat Amy. Belum lagi harus membagi waktu antara mengerjakan tugas sekolah merawat kebun sampai pekerjaan lainnya, seperti memasak dan mencuci pakaian sendiri yang sudah jadi komitmen Ina sejak awal, saat ia tak ingin dimanja lagi.
Awalnya memang asyik, sampai mereka keranjingan mencari ide-ide kreatif guna meramaikan channel YouTube mereka. Sampai suatu hari ia mulai jenuh dengan jadwal ketat yang dibuat Amy selalu menghantui hari-harinya. Belum lagi sifat Amy yang menurutnya terlalu egois, suka membuat keputusan sendiri, seolah-olah dirinya yang paling pandai dalam tim BusterBee.
“Tapi gue cuma pengen bilang sih, harapan buat channel YouTube kita untuk up lagi itu sulit banget.” Angel yakin kalau tim mereka tak akan bertahan lama lagi.
“Tapi gak mungkin kan kita biarin tenggelem,” ujar Ina sambil tersenyum. Ia masih tetap menaruh harapan agar channel mereka bisa terus berjalan dan menghasilkan karya. Meski ia juga berharap untuk tak terlalu sering menghabiskan waktu hanya untuk mengisi channel YouTube, karena ia punya sebuah cita-cita yang lain, bukan untuk menjadi seorang youtuber, melainkan ingin menjadi seorang chef profesional di Indonesia.
“Udah ah, bahas yang lain aja!” Ina kembali menyeruput kopi.
Untuk sekarang, yang ia butuhkan adalah melepaskan diri dari jeratan rutinitas yang telah membuatnya menjadi lebih sensitif. Ia tahu akar permasalahannya adalah karena ia sudah terlalu penat. Ina yakin kalau semuanya akan kembali menjadi baik-baik saja. Apalagi Angel sudah memaafkan Amy. Tak akan lama lagi, mereka akan bersatu lagi.
“Halo.” Angel mengangkat telepon. “Kenapa gak ke sini aja, sih? Ke Coffe Shop lantai dua. Ihhh tempat biasa!” Angel mengerutkan kening. “Hah? Di Basement?”
TUT
“Ribet amat, sih,” rutuk Angel. “Na, temen gue minta temuan di basement.”
“Ok, kuy lah!”
Usai menghabiskan minuman, mereka lekas-lekas menuju basement tempat Ina memarkirkan mobilnya. Angel megedarkan pandangannya di basement yang luas, dipenuhi dengan mobil-mobil yang terparkir rapi.
“Hah? Mobil putih pojok kanan? Dimana? Oh ... itu dia. Ayok, Na! Mereka di situ.”
Angel meraih tangan Ina menuju mobil putih yang terparkir di pojok kanan. Ada dua orang cewek yang sudah menunggu di sana.