Ina dan anggota tim BusterBee yang lain bergegas menuju markas mereka. Sesampainya di dalam markas, mereka duduk melingkar di atas sebuah karpet bulu halus kecokelatan. Sambil duduk bersila, Amy memulai diskusi.
“Ok, jadi gini ....”
Amy menjelaskan bahwa mereka akan membuat video klarifikasi tentang semua masalah yang menimpa mereka dua Minggu belakangan ini.
Belum sampai Amy ke pembahasan inti, aplikasi obrolan di komputer tiba-tiba aktif. Cio yang semula menghidupkan komputer hanya untuk meng-instal sebuah aplikasi, langsung berdiri dan mendekati komputer itu. Layar komputer menampilkan kontak Piyan yang memanggil.
“Hey, apa kabar, Bro?” Suara berat Piyan menggema.
“Baik,” balas Cio datar.
Amy sontak berdiri diikuti Ina dan yang lainnya.
“Eh, kebetulan ..., lagi ngumpul kalian, hah?” Piyan mengembuskan asap tebal. “Masih semangat gak? Kok mukanya lesu semua, sih?”
“Halo, Tim BusterBee-kuuuh ....” Angel muncul sambil menarik poni panjangnya ke belakang kepala. Cewek itu duduk di pangkuan Piyan yang sedang menghadap monitor komputer.
“Gimana? Kalian masih mau lanjut buat konten apa berenti?” Angel terkekeh diikuti oleh suara beberapa wanita yang juga tertawa di belakangnya.
“Aduuuh kayaknya kalian lagi mau kumpul terakhir, ya? Mau bubar, ya kan?” Angel kembali tertawa.
“Udah ... Bubarin aja lah. Percuma juga kalian lanjutin. Kasian juga liat kalian, ntar keteteran lagi. Kan, kasihan kalo ntar kalian sakit.”
“Percuma juga, sih. Channel kalian udah ancur. Sampai hari ini udah tiga juta yang unsubscribe.”
“Saran gue sih, mending channel kalian apus aja lah. Malu tau nggak. Borok kalian tuh udah kebongkar semua,” ujar Piyan angkuh.
Amy mendekat ke layar. “Udah belum?”
“Hah?” Angel mengerutkan dahi.
“Ya .... gue tanya ..., Udah belum ngebacotnya? Tujuan kalian itu kan? Buat ngebacot. Dasar tong kosong!”
“Eh, gentong! Diem lo!” Ucapan Piyan berhasil membuat Amy naik pitam.
“Lo banci! Bacot doang lo! Lo di mana sekarang, Hah? Gue patahin leher lo!” Amy meronta-ronta saat Aydin dan Cio berusaha menariknya untuk mundur. Key La yang tak suka dengan perkelahian langsung menepi, ia memilih duduk menemani Amy di sofa.
Kini giliran Ina yang mendekat ke layar. “Piyan, lo VC kita pasti punya tujuan, 'kan? Langsung aja, deh. Gak usah banyak gaya. lo jelasin maksud lo, kita bakal dengerin.”
“Okeh ..., Baiklah kalau memang itu mau lo! Gini ya ..., sebenernya gue tuh kasian sih liat lo. Apalagi liat orang di sebelah lo itu.” Piyan melirik Hanan. “Si selebgram penipu, orang kaya karbitan! Muahahahaa.”
“Bangs*t lo—“ Ina langsung menghalau Hanan, memberi kode agar ia lebih baik diam dan menjauh dari layar.
“Lo bisa gak to the point aja? Gak perlu ngatain orang, bisa kan?” Ina menggertakkan giginya.
“Santai aja kali. Ok lah ..., Tujuan gue cuma buat nantangin kalian doang, sih.”
“Apa? Nantangin apa maksud lo?”
“Mau buktiin aja, sih. Kira-kira dengan borok kalian yang udah kebukak itu. Masih bakalan naik gak, sih subscriber kalian?”
“Sekarang aja masih turun terus, kayaknya gak bakalan bisa, deh,” sambung Angel dengan bibirnya yang mengerucut.