“Ke ruang keluarga, Pak!” Seno menyuruh Pak Bambang untuk berkumpul di ruang keluarga sehabis memarkirkan mobil.
“Siap, Pak!” sahut Pak Bambang.
Seno menurunkan kakinya dari dalam mobil. Ia membawa sebuah kantong berisi kotak besar yang dibungkus kertas kado. Siang seperti ini biasanya ia belum pulang. Berhubung semalam ia dan Amy membuat janji untuk merayakan hari ulangtahun Willi, maka ia rela meninggalkan kantor.
“Sekalian syukuran tim BusterBee, Pa,” tambah Amy semalam, yang membuat Seno tak bisa mengelak.
Seno sampai tersandung di ambang pintu karena fokusnya teralihkan pada hadiah apa yang pantas ia berikan pada Tim BusterBee.
“Selamat ulangtahun, Williii ...,” kedatangan Seno memecah keheningan ruang keluarga. Willi yang duduk manis di sofa ruang tengah yang luas itu langsung menyalami Seno.
“Yeee ..., Akhirnya dua insan aneh bersatu lagi.” Amy bertepuk tangan.
“Eh, Amy! Abis potong tumpeng, kamu arahin semuanya buat ambil makan sendiri, ya! Itu piringnya Aunty tarok situ!”
Aunty Nunung menunjuk sebuah meja panjang di sudut ruangan. Piring-piring, sendok, garpu, dan pisau sudah tersusun rapi di sana. Jumlahnya tak terlalu banyak, karena memang acara hari ini hanyalah acara untuk orang-orang di rumah dan anggota tim BusterBee.
“Aunty ke dapur dulu, mau rebus bayem. Udah lama gak makan bayem.”
“Siap, Aunty ... tumpengnya Aunty yang buat, kan? Pasti enak, deh!”
“Oh iya, dong!”
“Aunty, sup panasnya mana?”
“Betar, aku suruh Lula bawa ke sini.”