Seseorang yang memegang pistol itu bilang, “Semua berlutut!”
Sontak semua dari mereka berlutut di atas karpet. Ina yang berlutut di dekat meja perlahan mengambil sebilah pisau kecil yang ada di dekat tampah bambu berisi tumpeng. Ia berhasil menyelipkannya ke pinggang tepat sebelum ia tau kalau orang bertopeng itu tidak sendirian.
Beberapa orang yang juga mengenakan pakaian hitam dan bertopeng muncul sambil membawa Pak Sam, satpam rumah Seno yang tangannya sudah diikat dengan wajah yang babak belur. Tubuh Pak Sam didorong ke bawah sehingga ia tersungkur di atas lantai dengan posisi tangan yang diborgol.
Belum hilang rasa syok yang melanda usai mendengar tubrukan tubuh Pak Sam ke lantai, muncul lagi beberapa orang dari area ruang makan. Ternyata rumah Seno sudah dikepung oleh orang-orang itu.
Orang-orang yang baru muncul dari area dapur itu membawa serta Bi Wati dan Aunty Nunung. Mereka mengarahkan mulut pistol pada mereka berdua.
“Duduk!” gema suara seorang lelaki yang menyuruh Bik Wati dan Aunty untuk bergabung dengan yang lain. Jumlah mereka ada tujuh, ada yang jangkung, ada yang kurus, ada yang badannya lebar, dan ada juga yang berotot. Semua dari mereka memakai topeng ninja yang biasa dipakai oleh maling-maling saat beraksi.
Ina melirik Mang Udin yang juga mengikuti apa yang Ina lakukan, ia mengambil sebilah pisau tersisa di atas meja dengan perlahan. Beruntung karena yang ada di depan Mang Udin adalah Amy, jadi apa yang ia lakukan tak disadari oleh gerombolan orang-orang berbaju hitam itu. Mang Udin menyelipkan pisau itu di pinggangnya.