Santi berhasil meraih kembali handphone-nya yang ikut tertumpuk di sebuah meja. Anak buah Guntur meletakkan seluruh handphone di atas sebuah meja tak jauh dari tempat kejadian.
Santi segera menelepon polisi dengan tangan yang gemetar hebat, syukurnya polisi cepat mengangkatnya.
“Halo, Pak. Tolong, Pak. Di sini lagi ada yang saling bunuh, Pak. Ada yang mau nyekap saya sama keluarga bos saya, Pak.” Santi yang syok langsung menitihkan air mata, suaranya yang gemetar membuat polisi langsung menenangkannya.
“Ibu tenang. Sekarang sebutkan lokasinya!”
Usai menyebutkan lokasi, wanita itu bergegas akan menuju ke luar. Baru satu langkah berjalan ia sudah dikejutkan dengan suara tembakan dan suara pecahan kaca di belakangnya. Ia menengok ke belakang, tak ada siapa pun yang memergokinya untuk ke luar. Ia harus segera mencari pertolongan.
Ia mengambil langkah panjang-panjang, sepatu haig hils ia lepas agar larinya bisa lebih kencang. Santi pikir akan lebih baik kalau ia segera ke jalan raya dan menyetop pengendara yang berlalu lalang untuk menolong orang-orang yang sedang bertaruh nyawa di dalam rumah ini. Begitu sampai di teras depan rumah Seno.
“Heh.” Santi dikejutkan oleh seorang pria bertubuh besar. “Masuk!” Pria itu menodongkan pistol ke arahnya.
Santi tak punya pilihan lain. Ia sama sekali tak punya ilmu bela diri untuk melawan, bahkan hanya sekadar nyali saja ia sudah ciut menghadapi situasi seperti ini. Yang bisa ia lakukan adalah pasrah.
***
Cio dan Hanan berhasil membuka pintu kamar mandi di dekat ruang makan. Orang-orang di dalamnya segera keluar. Amy langsung memimpin yang lain untuk mengikutinya keluar lewat pintu belakang. Sedangkan Cio, Hanan dan Willi berinisiatif untuk kembali ke ruangan keluarga hendak menolong Ina dan yang lain.
Dengan jantung yang hampir copot, Amy segera membuka pintu belakang dengan kasar. Baru satu langkah ke luar, ia sudah dikejutkan dengan seorang wanita dan dua pria berkacamata hitam, yang satu botak dan yang satu berambut gondrong.
“Hey, mau ke mana kamu?” Mereka menodongkan pistol pada Amy dan Pak Bambang yang sudah lebih dulu keluar. Sedangkan Aunty yang belum melangkah ke luar berinisiatif menyembunyikan Lula, Priska, dan Dika di balik pintu.
“Masuk!” sergah wanita itu.