Jangkrik menggelar orkestra bersama tonggeret, menyambut malam yang semakin pekat, kian gelap, dan kian dingin. Suara konser serangga-serangga malam yang biasanya samar, kini terdengar sangat jelas di telinga. Semua terjadi lantaran sepi, tak ada bunyi-bunyi yang menyaingi serangga-serangga itu.
Suara riuh senda gurau yang biasa hadir di meja makan seakan lenyap ditelan waktu. Suara hangat Asih dan suara cempreng Mang Udin yang biasa memenuhi ruang makan kini telah hilang.
Ina yang membawa semangkuk besar sup ayam pun tampak seperti orang kehilangan gairah hidup. Ia menaruh mangkuk itu di atas meja dengan tatapan hampa. Kantung matanya yang menghitam kian memperburuk penampilannya malam ini.
Hanya dengan ini, hanya dengan sup ini, saat mencium aromanya seakan Asih kembali hadir di tengah-tengah mereka.
Tawa, tatapan teduh, candanya, titahnya, senyumnya, semua ada dalam aroma sup ini.
Sebuah masakan pertama yang Asih ajarkan pada Ina, yang membangkitkan gairah Ina untuk terus memasak, sampai ia mantap memilih karir hidupnya di bidang kuliner.