but, i will miss you

Da.me
Chapter #6

Irisan Keenam | ingin dinanti

Irisan Keenam

ingin dinanti

═════════════════

     "Sudah bunuh diri di mana hari ini?"

     Zaman tanya selewat sambil melepas mantel abu-abunya, yang tadinya mau ia gantung di gantungan baju milik Detik namun urung, sebab sudah tak ada lagi ruang di sana. Lelaki itu dibuat menggelengkan kepalanya keheranan, sebelum akhirnya memutuskan untuk menggantungkan saja mantelnya di lengan.

    "Padahal bukan kamu yang cuci bajunya Tik, buat taruh di lemari laundry pun kamu enggak sempat? Aku tahu kepala kamu isinya cuma rencana bunuh diri. Dari semua rencana kamu, apa enggak ada pikiran buat meninggalkan dunia dengan pakaian wangi vanila?"

     Detik yang sedari tadi memusatkan atensinya pada lembaran kertas di lantai akhirnya menyembulkan kepalanya dari balik meja. Zaman hanya bisa lihat si puan dari hidung sampai cepol rambutnya yang berantakan. Matanya mengerjap beberapa kali,

     "Bukannya enggak mau aku cuci, Zam. Lupa."

     "BagusKamu malah kasih jawaban yang lebih enggak masuk akal."

     Zaman membelakangi Detik, mengambil semua pakaian yang menggantung di gantungan baju milik Detik, dan menggantungnya satu persatu di lemari laundry. Tak tertinggal mantel abu-abu miliknya, ia ikut gantungkan pula, sekalian dicuci. Toh, si alat hanya butuh 10 menit untuk membersihkan baju-bajunya. Mengobrol dengan Detik akan membutuhkan waktu lebih dari itu.

     "Aroma Vanilla, ya."

     "Buah persik! Sampai berani kamu pilih aroma manis begitu—"

     Klik! 

     Ucapan Detik lebih dulu terinterupsi bunyi klik yang timbul dari si alat, tanda bahwa Zaman sudah menjatuhkan pilihan aroma deterjen yang akan digunakan, dan sempurnalah sepuluh menit kemudian baju-baju Detik jadi beraroma vanila, aromanya Zaman. 

     Entahlah. Zaman senang saja kalau aroma pakaiannya sama dengan aroma pakaian Detik. Lihat saja senyumnya sekarang, saking merekahnya, kedua matanya sampai dibuat hanya segaris. Puas sekali melihat wajah sebalnya Detik. 

     "Cuci sendiri makanya."

     Detik hanya balas tatapan memicing, malas kalau harus adu mulut. Ia kembali hilang di bawah meja dan tidak banyak bicara lagi. Zaman pilih mendekatinya, duduk di bangku kerja Detik yang kosong supaya bisa puas-puas melihat wajah sebalnya Detik.

     "Kayaknya ada yang batal bunuh diri lagi, ya? Yah. Padahal susah-susah aku cari alasan di depan Mr. Bridenstine soal bisa-bisanya kamu enggak hadir." 

     Zaman hanya menebak. Tapi, kalau melihat respon Detik yang mengabaikannya begitu, tebakannya kemungkinan besar memang benar. Padahal, Zaman sudah menunggu cerita panjang lebar pasal pengalaman terjun bebas Detik hari ini, di mana dan setinggi apanya.

Lihat selengkapnya