but, i will miss you

Da.me
Chapter #11

Irisan kesebelas | hilang arah

Irisan Kesebelas

hilang arah

═════════════════

     Sudah dari tiga hari yang lalu Detik begitu, dibuat sibuk bekerja dua puluh jam sehari. Bukannya jarang terjadi, tapi mengingat baru beberapa hari yang lalu ia misuh-misuh di atap sebab tujuh ratus empat puluh benih rekayasanya, jadi agak mengherankan kalau tiba-tiba semangat kerjanya pulih secepat itu.

     "Baru sekali ke sana langsung kapok makan di kafetaria? Di lidahmu itu, pil nutrisi rasanya jauh lebih enak ya?"

     Zaman ucap asal sambil menekan tombol aroma vanila. Rupanya ia masih belum jera setelah diomeli Detik. Selepas memastikan mesin laundry-nya bekerja, Zaman meraih sesuatu dari saku jas laboratoriumnya, dua potong roti lapis daging. Kemudian mengambil langkah mendekati meja kerja Detik. Satunya ia taruh di atas kertas yang sedang sibuk ditatap Detik, satunya lagi ia buka bungkusnya, untuk dimakan sendiri.

    "Bukan kapok. Sibuk."

    "Mana pernah sih kamu enggak sibuk?"

     Zaman tadinya hendak menyuap rotinya, namun urung, dan memilih untuk mengajukan pertanyaan dulu.

     "Yang buat aku terkesan adalah fakta kalau seorang Detik yang tiap detik di hidupnya selalu sibuk sudah meluangkan waktu maha berharganya untuk berkunjung ke kafetaria tiga hari yang lalu. Aku masih penasaran soal itu."

     Zaman akhirnya menyuap roti lapisnya, masih sabar menunggu jawaban Detik. Zaman ingin dengar sendiri dari mulut Detik. Ayolah, jarak dari kafetaria ke ruangan Zaman tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama pula untuk sekadar menekan tombol ekstraktor.

     Tepat saat Sani merebut bangkunya pun Zaman sudah ada di sana.

     Meskipun kedua matanya sendiri yang jadi saksi, rupanya masih belum cukup bagi Zaman untuk mengambil konklusi kalau seorang Detik memang sengaja meluangkan waktunya untuk lelaki tengil macam Sani. Detik sendiri yang dengan sengaja datang ke kafetaria hari itu. Detik sendiri yang juga tahu kalau Sani akan mendatangi mejanya. Detik sendiri yang baru saja membuka hatinya untuk membiarkan orang asing masuk ke dalam lingkarannya.

     "Zam, sekarang lagi sibuk apa?" 

     Tidak nyambung.

     "Sibuk menunggu jawaban kamu."

     "Bagus. Kamu bisa bantu aku mencocokkan data harian respon tanaman dengan perkiraan iklim tumbuhnya—ingat 'kan tugas sinting tentang rekayasa iklim yang kubilang waktu di atap? Aku mau selesaikan ini sebelum Sabtu."

     Zaman dibuat berhenti mengunyah.

Lihat selengkapnya