but, i will miss you

Da.me
Chapter #16

Irisan keenambelas | perjalanan menuju Sani

Irisan Keenambelas

        

perjalanan menuju Sani

═════════════════

     Tak sesulit dugaan.

     Nyatanya petugas keamanan Icarus Express terlalu sibuk untuk mengurusi satu orang penyusup sekaligus melayani lima ratus ribu pengunjung. Satu dibanding lima ratus ribu mana ada artinya. Anggap saja apresiasi atas kemahiran Sani untuk meretas pin eksklusif mereka dengan segala kerumitannya. Ah, agak kurang tepat disebut peretas, Sani ini 'kan ikut menyumbang isi kepala dalam penciptaan pin-pin itu. 

     Sebab itulah sang kriminal bisa kembali santai berjalan dan membaur di tengah ramai penduduk kota setelah lari-lari keluar dari gedung stasiun kota macam orang kesetanan, sambil tertawa-tawa pula. Niatnya Detik ingin mengomeli Sani karena sudah memberinya pin replika, tapi setelah dibuat lelah lari-lari, ia lupa. Lihat saja wajahnya, berseri-seri begitu, sama sekali tidak ada tanda-tanda hendak protes panjang lebar.

     "Okay, mau tersesat ke mana lagi hari ini?"

     Ia malah melontarkan pertanyaan yang sama dengan sebelumnya. Sekarang baru pukul satu siang, terlalu cepat bagi Detik untuk mengakhiri perjalanan. Ayolah, Detik mengorbankan banyak hal demi perjalanan ini. Bahkan barangkali, ia tidak akan dapat kesempatan seperti ini lagi di masa depan. Kesempatan yang seperti ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

     "Mau jawaban jujur?"

     "Manusia mana yang senang dibohongi?"

     "Benar juga. Kalau begitu, jawaban jujurnya... Sebetulnya, rencanaku untuk pelarian kita hari ini, hanya sampai sini. Maaf, ya?"

     Sani jawab sambil menggaruk tengkuk, rautnya betulan menunjukkan rasa bersalah. Tapi, mau diapakan lagi? Memang begitu adanya, Sani tidak merencanakan apa-apa lagi sebelumnya. Oh, atau bisa jadi, sekarang isi kepalanya sedang sibuk menyusun rencana dadakan, supaya tamu istimewanya tidak kecewa.

      Detik yang mengamati semuanya dibuat terkekeh irit sambil memalingkan wajahnya ke langit, kemudian menaik turunkan bahunya sebelum melipat kedua tangannya ke depan—sangat khas Detik.

     "Mulutmu itu mesin pengucap maaf otomatis ya? Ini yang keempat kalinya hari ini—bisa-bisanya kuhitung."

Lihat selengkapnya