but, i will miss you

Da.me
Chapter #18

Irisan kedelapanbelas | surat ketiga

Irisan Kedelapanbelas

        

surat ketiga

═════════════════

    Hingga suapan terakhirnya pun ia mana selera.

    Tatapannya tak mendarat ke mana-mana, mengawang saja sejak tadi. Melihatnya begitu, Ibun dibuat semakin khawatir, tentu. Menyuarakan tanya di benaknya pun ragu. Ujung-ujungnya Ibun hanya bisa sesekali melirik satu-satunya lelaki di sana, barangkali ia bisa ditanyai nanti.

    Selepas makan siang, sang puan yang sedang sendu sendiri itu kembali ke kamarnya, setelah sedikit merepotkan sang lelaki sebab ia sempat rewel saat harus menenggak pil-pil sebesar kuku jari. Enam buah, tiga kali sehari. Sudah empat hari perawat yang biasa menjaganya pulang kampung, oh—sang lelaki sama sekali bukan sedang mengeluh, ia tulus seutuhnya.

    Sedang sang puan tak banyak bicara lagi, ia hanya mengucap terima kasih singkat sebelum sang lelaki menutup pintu kamarnya. 

    Ah, di atas ranjangnya masih ada berlembar-lembar yang menunggu untuk dibacanya.

═════════════════

Pucuk surat ketiga,

kutoreh dengan segala kerendahan

hati di hadapan Tuhan.

Sebab aku malu.

Aku banyak melangitkan harap

semenjak bertemu denganmu.

Pada lembar ini, aku ingin mengingatkanmu pada hari kesukaanku. Yang pada tiap embusan napasnya, aku dibuat bahagia sekali. Yang pada tiap langkahnya, aku dibuat merapal doa yang sama berulang-ulang. Beruntunglah Tuhanku itu Maha Penyabar, sabar saja mendengar doaku yang itu-itu saja.

Meski setelahnya aku dibuat sadar, sudah egois sekali doa-doaku itu.

Saat itu aku terus-terusan mendamba, mengharapkan tempat di sisimu. 

Tidak perlu selamanya, cukup sampai embusan napas yang mampu dihela.

Hari itu,

tiap kali melihatmu, benakku 

dibuat menyuara senyap,

Lihat selengkapnya