Irisan Keduapuluhlima
amplop putih
═════════════════
Sani tidak menceritakan apapun tentang yang terjadi semalam, apa yang membuat Zaman bisa-bisanya menemukan Detik meringkuk di atas sofanya, bahkan bisa-bisanya menangis dalam tidurnya. Sedangkan Detik yang terbangun dengan mata membengkak tebal tidak tahu menahu alasannya sampai sesedih itu.
'Aku enggak secengeng itu sampai menangis dalam mimpi, Zam!' Zaman malah menerima bentakan begitu.
Sejujurnya, Zaman sudah punya dugaanya sendiri sejak lama, dan sungguh, Zaman tidak ingin dugaannya itu sampai benar adanya. Untuk memastikannya, jadilah Zaman yang meluangkan waktunya sore ini untuk pergi ke gedung medis, dan membuat janji temu dengan Eleah, dokter yang rutin mengontrol kondisi kesehatan dirinya dan Detik tiap bulan.
"Aku juga tahu baru tanggal berapa sekarang, belum saatnya rekaman hasil cek kesehatan bulan ini untuk diberikan, tapi..."
Bukan yang pertama kalinya Zaman begitu, Eleah hafal betul tabiatnya. Termasuk kebiasaan Zaman mengambilkan rekaman hasil tes kesehatan milik Detik, yang mengaku terlalu sibuk dan masa bodoh dengan kondisi kesehatannya sendiri.
"Kali ini kekasihmu itu harus menemuiku langsung, Zam. Kondisinya sejak percobaan bunuh diri terakhirnya—dengan pil pil modifikasinya itu—semakin buruk."
Mau dielak pun tak bisa, raut tak biasa Eleah terlalu kentara untuk Zaman abaikan. Rautnya tak ramah, namun bukan marah. Zaman masih berusaha mengartikan maksud tatapan Eleah, namun ia lebih dulu menyerahkan dua amplop besar berwarna putih pada Zaman. Salah satunya milik Detik.
Kemudian perempuan bersurai cokelat sebahu itu mempersilakan Zaman duduk di atas sofa, disusul dengannya yang duduk di seberang sambil menyandarkan punggungnya.
"Stres, pola makan, pola tidur, ditambah obat yang ia konsumsi saat itu, kekasihmu itu sedang bunuh diri pelan-pelan, Zam."
Tanpa diperjelas pun Zaman tahu persis kacaunya pola hidup Detik. Sudah tidak perlu dipaparkan lagi. Yang ingin ia dengar adalah apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Detik. Apa separah itu sampai menyampaikannya pun perlu dibuat berbelit-belit begitu?
"Jawab aku dengan jujur. Dia sering lupa sesuatu tidak? Lupa yang tidak wajar, parah. Hal-hal sepele."
Telak.