Irisan Ketigapuluhsatu
surat dari Detik
═════════════════
Barangkali aku dibuat tak akan pernah mengingat lagi sudah menulis ini.
Barangkali aku dibuat tak akan lagi ingat pernah memakimu sebanyak ini.
Tentu, mustahil ini akan mendarat di tanganmu. Sebab esok pagi, bisa jadi aku sudah tak ingat kapan terakhir kutaruh titik terakhirnya.
Iya,
kamu brengsek, Sani.
Lelaki paling brengsek yang pernah kutemui.
***
Nyatanya aku seseorang yang mudah melupa, kata-kata ini kutulis tepat selepas aku tahu kalau lupaku separah itu.
Aku ini sakit. Dan bisa jadi sebentar lagi kamu akan tahu perihal ini.
Berhubung saat ini kepalaku masih mengingat dengan baik betapa brengseknya kamu, akan kutumpahkan saja semuanya. Agar ini jadi satu-satunya jejak terakhir atas apa-apa yang telah kamu lakukan.
Temu-temu yang aku dan kamu lalui. Tiap-tiap kata yang kau ucap apik. Lengkung hangat yang terulas di wajahmu, yang kini bahkan buatku ragu tulus tidaknya. Senyum yang mana saja yang pura-pura?
Senang ya melihatku kelihatan tolol begitu?
Sudah kubilang, saat menulis ini aku mengingat tiap detailnya dengan baik. Termasuk malam di mana kamu mengakui semuanya. Hebat sekali, bisa-bisanya aku kembali mengingatnya, Ingatanku tentang malam itu kembali, Sani. Anggaplah separuhnya salah otakku yang sempat lupa akan malam itu. Atas separuhnya lagi, aku menyalahkanmu, Sani.